KUMPULAN CERPEN TERBARU : Rinduku Kenanganku




 Rinduku Kenanganku
 oleh: Rica Okta Yunarweti__Edit ulang oleh Jessica

Cahaya berwarna keemasan matahari dan hembusan angin membuat daun-daun gugur dipinggir danau. Hari-hariku menyenangkan karena adanya sebuah kuas yang terukir namaku “Jessica”. Aku gemar melukis, apalagi dengan seorang sahabat membuat hidupku lebih berari.
Dikejauhan terdenga suara gitar yang merdu. Suara merdu itu membuatku semakin penasaran. Perasaan penasaranku semakin bertambah, kemudian aku mengemasi alat-alat lukisku dan menaiki sepeda dengan melewati jalan rumahku yang rindang adanya pepoohonan di sepanjang jalan di bawah cayaha matahari yang mulai redup.
Seorang gadis tomboy berambut hitam panjang yang selalu dikuncir keatas. Dia selalu pulang petang karena dia hobi bermain basket, yaitu namanya “Fefy”. Dia segera pulang melewati jalan rumahnya dengan perasaan takut karena selalu pulang telat.
“Fefi, dari mana saja kamu?”. Kata Jessica
“AKu habis main Basket!”
Jesika merasa kesal karena dicuekin oleh Fefy, akhirnya dia masuk kamar dan memandangi lukisan sunset yang ada di kamarnya. Sedangkan Fefy segera mandi karena takut ibunya marah. Ketika dia duduk di atas kursi tiba-tiba dia merasakan sakit pada badannya. Tiba-tiba dia jatuh dari kursinya, dan dia berusaha bangun dan pergi berjalan menuju kamarnya.
Keesokan harinya matahari bersinar dan angin yang sejuk yang dirasakannya di bawah pohon membuat siswi SMP ini hanyut dalam imajinasinya.
“Hay Jessica, sedang melukis ya? Lihat dong? Pasti lagi lukis aku kan?”. Tanya Fefy.
“Hmmm….Yeee, ngapain juga aku gambar kamu? Kayak gak ada gambar yang lain aja yang lebih bagus..”. (sambil ketawa)
“Aku mau cerita….tapi….?”. (Fefy serius)
“Ceria aja…ada apa?”.
Tiba-tiba Fefy terjatuh, kepanikan Jessica sungguh luar biasa. Ketika diruang UKS, Fefy terbaring tak berdaya dan dia segera menelpon orang tuanya untuk memberi kabar dan membawanya ke rumah sakit.
“Aku ada dimana..??”. (Saat siuman)
“Kamu ada dirumah sakit, kamu tadi pingsan di halaman belakang sekolah”.
“Aku sakit apa? Ayahku ada dimana?”.
“Dokter masih belum memberitahukan penyakitmu, Ayahmu dalam perjalanan, sabar ya…? Cepat sembuh, biar nanti kita bias belajar bareng, kan kamu udah janji sama aku”.
(Fefy hanya tersenyum manis)
Lorong sekolah tampak sepi, ada seorang gadis berambut hitam pendek duduk di depan kelas music sambil membawa gitar, dengan wajah yang murung. Jessica sedang menghampirinya.
“Kenapa kamu sendirian dan nggak ke kelas?”. Tanya Jessica.
“Hmm…Aku hanya ingin sendiri”
“Tapia pa yang membuatmu sedih?”. (dengan penasaran).
“Tadi aku ditertawakan semua orang karena aku ssalah memainkan nada gitar, sampai-sampai suaranya gak enak didengar”.
“Kamu hebat, Yang penting tetap berjuang!! Aku mau ke kelas dulu ya…”.
“Makasih…Siapa namamu?”.
“Jessica!”. Teriaknya (sambil berlari).
Jessica segera masuk ke kelas dan duduk, ketika pelajaran dia teringat sama sahabatnya yang sedang sakit. Ibu tari masuk ke kelas menghampiri Jessica yang sedang melamu.
“Jessica…Kenapa kamu..?”.
“Nggak kenapa-kenapa bu…”.
“Bohong! Ada masalah apa, cerita sama ibu..?”.
“Sahabatku, Fefy. Dia masuk ruma sakit dan dia kelihatan sakit parah”.
“Gimana kalau sepulang sekolah kita menjenguknya..?”. Ajak bu Tari.
“Iya bu..”. (Jessica dengan semangat).
Ibu Tari adalah guru yang paling disukai siswa. Beliau memiliki jiwa keibuan, walau dia belum menikah. Dia sangat perhatian, ibu Tari membuat Jessica semangat. Kemudian Jessica menyelesaikan lukisan pemandangannya. Dia mendapat sanjungan dari teman-teman dan bu Tari.
Lukisannya bergambar seorang gadis berkerudung duduk diatas tebing tinggi yang dihantam ombak di tepi pantai. Setelah melukis Jessica dan bu Tari berangkat menjenguk Fefy. Jessica kaget ketika lewat lorong, karena ada seorang cewek duduk di kursi, kemudian Jessica menghampirinya , ternyata cewek gitar itu.
“Belum pulang..??”. Sapa Jessica.
“Belum Jessica”.
“Ngapain sendirian disini, Zy?”. Sahut bu Tari.
“Emangnya ibu kenal dia?”. (Jessica sedikit terkejut)
“Ibu kan juga mengajar kelas musik. Jadi ibu kenal Lizy”.
“Oww…namanya Lizy!”.
“Mau kemana bu kok sama Jessica?”. Tanya Lizy.
“Ibu mau ke rumah sakit menjenguk sahabat Jessica..kamu mau ikut?”.
“Ya boleh..ayo bu!”.
Jessica meletakkan buah yang dibawanya. Kebetulan kapten basket juga ada disini. Rasa tak percaya meliputi kedua sahabat ini. Kemudian Fefy terkejut yang menjenguk bersama ibu Tari dan Jessica adalah sahabatnya sendiri yaitu Lizy. Setelah mereka berbincang-bincang ternyata Fefy terkena penyakit leukemia. Semua kaget akan berita itu. Semua merasa terharu, khususnya Deva teman basketnya. Setelah bu Tari pulang. Suasana berubah  menjadi hening kembali.
“Aku tidak ingi kehilangamu, Fefy”. (bisik Jessica)
“Kamu sahabat terbaikku”. (mereka berkata serempak)
Hari ini cukup singkat, membawa mereka dalam canda tawa dan kerinduan. Jessica dan Lizy segera pulang dengan wajah yang sedih. Dia teringat akan lukisannya. Didalam hatinya dia ingin menjual lukisannya untuk biaya pengobatan Fefy. Karena dia merasa kasihan melihat orang tua Fefy pergi bolak-balik mencai uang. Didepan lukisannya, Jessica duduk termenung sambil menulis dibuku hariannya.
Malam yang sepi…
Tak sanggup aku mengungkapkannya…
Air mata jatuh membasahi pipiku…
Walaupun aku tertawa, tetapi aku tetap merasa sakit bila hati ini menangis melihatnya tersenyum…
Jika engkau mengizinkan..takkan ku biarkan dia bersedih…
Kamu sahabat terbaiku…
Dia simpan buku diarynya ditumpukkan buku pelajarannya. Jessica memikirkan solusi untuk membantu rang tua Fefy. Dia meluangkan waktu untuk melukis yang sebanyak-banyaknyauntuk dijual tanpa sepengetahuan Fefy. Begitupun juga dengan Lizy. Malampun semakin larut Lizy dan Jessica tampak terlihat lelah, mereka memutuskan tidur dan menginap di rumah orang tua Fefy.
Tiga hari kemudia Jessica dan Lizy sengaja membawa Fefy ke danau. Jessica menggelar tikar, menyiapkan makanan, peralatan lukis dan tempat mereka duduk. Sedangkan Lizy diatas rumah pohon sambil membawa gitar kesayangannya. Namun Fefy kebingungan dengan kedua temannya itu. Jessica mulai melukis dan lizy memainkan gitarnya dan bernyanyilagu yang berjudul “Semua Tentang Kita”.
Waktu terasa semakin  berlalu
Tinggalkan cerita tentang kita
Akan tiada lagi kini tawamu
Tuk hapuskan semua tentang kita
Ada cerita tentang aku dan dia
Dan kita bersama saat dulu kala
Ada cerita tentang masa yang indah
Saat kita berduka saat kita tertawa
Ketika lagu selesai, tiba-tiba mereka terdiam sejenak, sehingga suasana sepi seperti kuburan dan hanya hembusan angin yang terdengar. Jessica mulai pembicaraan.
“Aku baru ingat..dulu ketika aku melukis sendiri disini, aku kagum dan penasaran siapa yang memainkan gitar dan ternyata itu kamu, Lizy..?”.
“Iya…makasih. Aku sengaja memainkannya karena semenjak aku tinggal disini aku sangat kesepian . dan ketika aku menemukan tempat yang indah ini, setiap sore aku bermain gitar. Dan aku tidak sengaja melihat seorang gadis sedang melukis”.
“Mah kalian sungguh hebat..! jika aku pergi nanti jangan lupakan persahabatan kita ini ya..?”. (sahut Fefy)
“Masak jiwa tomboymu yang tegar dipatahkan dengan adanya penyakit ini. Justru dengan ini kamu bisa bertambah tegar..”. (Jessica sambil ketawa).
Jessica tidak ingin membuat hati teman-temannya terluka, dia selalu mencoba untuk tersenyum walau di hatinya sangat mengganjal. Jessica melukis singkatan persahabatan mereka “JeFiLiVa”. Seharian mereka jalani untuk menghibur Fefy. Walaupun diantara mereka baru saling mengenal, tapi mereka seperti mempunyai kekuatan magnet. Hari-hari mereka selalu bersama.
Kemudian Jessica dan lizy memikirkan bagaimana caranya lukisan bias habis terjual. Ternyata penyakit Fefy semakin parah. Sebenarnya Fefy pulang dari rumah sakit karena kehabisan biaya. Terpaksa, Fefy hanya bias dirawat di rumah tanpa harus membeli semua obat yang diperlukan.
Keesokan harinya di halaman sekolah kelas VII ramai dipenuhi siswa yang mendengar kabar mengenai Fefy. Anak yang tomboy dan disenangi banyak orang.
“Jessica, Lizy..gimana keadaan Fefy?”. Apa dia sudah membaik? Kapan menjenguknya lagi..?”. Tanya Deva.
“iya…kalu nanya satu-satu..kamu bukan mau wawancara kan?”. Jawab Jessica.
Bunyi bel panjang bertanda telah berakhir jam pelajaran. Hujan yang tampak lebat, membuat para siswa harus menunggu sampai hujan reda. Tiba-tiba HP Deva berbunyi, suara di seberang membawa kabar buruk. Hujan yang lebat tak mereka pedulikan. Mereka berlari dan basah kuyup menuju rumah sakitsambil menangis. Mereka tak percaa kalau kabar itu memang nyata. Sahabat mereka Fefy telah meninggal dunia. Nyawanya tidak dapat tertolong lagi karena penyakitnya semakin hari semakin parah. Orang tuanya dan kami merasa kehilangan dan terpukul, namun semua sudah kehendakNYA. Rang tua Fefy juga berterima kasih pada Lizy, Jessica dan Deva. Dan menganggap mereka sebagai anaknya.
“Tak sempat ku berikan”
“Tak sempat ku sampaikan”
“_JeFiLiVa_”.
Kalimat itu selalu diingat-ingat mereka. Dia tak percaya Karena telah kehilangan kerinduan. Mereka termenung di tepi danau sambil menyanyikan “Semua Tenatng Kita”. Belum sempat menyanyi, air mata jatuh membasahi pipinya. Ibu Fefy tiba-tiba dating menyerahkan selembar kertas berwarna biru yang bergambar bunga. Rasa penasaran membuat mereka segera membuka dan membacanya.
Sahabat impianku
Cita-citaku imajinasiku
Bukan hal yang salah memiliki mimpi
Bukan hal salah mempunyai tujuan
Tujuan seperti sinar
Tapi, terkadang sinarnya terlalu menyilaukan membuat kita sulit melihat
Sehingga tiba suatu saat kita harus sejenak berhenti
Untuk menghindari sinar yang ada pada kita sendiri

“Waah…hebat!”. Puji Jessica.
“Iya…”. Sahut Lizy sambil menangis.
Suasana menjadi hening kembali. Kemudian Jessica berteriak sekencang-kencangnya sambil meneteskan air mata.
“Lukisan dengan symbol JeFiLiVa akhirnya selesai..”. Teriak Jessica.
“Waah…keren!!”. Sahut teman-temannya.
Mereka melihat lukisan yang melambangkan persahabatan ini. Yang terlihat indah karena di sekitar tulisan itu ada gambar wajah mereka masing-masing. Di danau inilah sejarah dan kenangan persahabatan mereka. Dan tempat inilah aku dan sahabatku berbagai walau hanya sekedar untuk mengenang Fefy.

___TAMAT___
Share This Article
Komentar Anda