BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar
Belakang
Desa adalah wilayah yang penduduknya
saling mengenal hidup bergotong-royong, adat istiadat yang sama, tata norma dan
mempunyai tata cara sendiri dalam mengatur kehidupan kemasyarakatan. Di samping
itu, umumnya wilayah desa terdiri atas daerah pertanian, sehingga sebagian
besar mata pencariannya adalah seorang petani. Desa di bawah pemerintahan
Kabupaten.
Dalam Undang-Undang Nomor 8 Tahun 2005 tentang perubahan atas
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah disebutkan bahwa
desa adalah kesatuan masyarakat hukum yang memiliki batas-batas wilayah yang
berwenang untuk mengatur dan mengurus masyarakat setempat, berdasarkan
asal-usul dan adat istiadat setempat yang diakui dan dihormati dalam sistem
pemerintahan Negara Kesatuan Republik Indonesia. Manusia tidak lagi dianggap sebagai faktor produksi
tetapi lebih dianggap sebagai asset organisasi yang penting. Keefektifan dan
keunggulan organisasi sangat tergantung pada kualitas sumber daya manusia yang
dimiliki. Secara teoritis, kualitas SDM dalam suatu organisasi yang tinggi
diharapkan mampu meningkatkan pelayanan pada masyarakat. Hal ini akan dapat
tercipta dalam suatu lingkungan kerja yang kondusif, yang antara lain
dipengaruhi oleh tipe kepemimpinan yang tepat. Kepemimpinan dibutuhkan manusia,
karena adanya suatu keterbatasan dan kelebihan-kelebihan tertentu pada manusia.
Disinilah timbulnya kebutuhan akan pemimpin dan kepemimpinan.
Pemimpin dapat mempengaruhi moral,
kepuasan kerja, keamanan, kualitas kehidupan kerja dan terutama tingkat
prestasi suatu organisasi. Kemampuan dan keterampilan dalam pengarahan adalah
faktor penting efektivitas suatu organisasi. Bila organisasi dapat
mengidentifikasikan kualitas-kualitas yang berhubungan dengan kepemimpinan, kemampuan
untuk menyeleksi pemimpin-pemimpin yang efektif akan meningkat. Dan apabila
organisasi dapat mengidentifikasikan perilaku dan teknik tersebut akan dapat
dipelajari.
Pada sebuah organsasi pemerintahan,
kesuksesan atau kegagalan dalam pelaksanaan pelayanan masyarakat, dipengaruhi
oleh kepemimpinan, melalui kepemimpinan dan didukung oleh pemerintahan yang
memadai, maka penyelenggaraan tata pemerintahan yang baik (Good Governance)
akan terwujud, sebaliknya kelemahan kepemimpinan merupakan salah satu sebab
keruntuhan kinerja birokrasi di Indonesia. (Istianto, 2009:2)
Kepemimpinan (leadership) dapat
dikatakan sebagai cara dari seorang pemimpin (leader) dalam mengarahkan,
mendorong dan mengatur seluruh unsur-unsur.di dalam kelompok atau organisasinya
untuk mencapai suatu tujuan organisasi yang diinginkan sehingga menghasilkan
pelayanan pada masyarakat dengan maksimal. Dengan meningkatkan mutu pelayanan
berarti tercapainya hasil kerja seseorang atau aparatur desa dalam mewujudkan
tujuan organisasi.
Tugas pokok pemerintahan desa adalah
menjalankan sebagian kewenangan kecamatan serta melaksanakan tugas-tugas lainnya
berdasar kepada peraturan yang berlaku. Dalam kapasitasnya sebagai sebuah
organisasi pemerintah dibawah Kecamatan, tujuan penyelenggaraan pemerintahan
desa adalah terlaksananya berbagai fungsi kelurahan sesuai dengan kewenangannya
yang diberikan oleh kecamatan secara efektif dan efisien, termasuk di dalamnya
adalah fungsi pelayanan administrasi aparat kepada masyarakat.
Efektivitas merupakan unsur pokok
aktivitas organisasi dalam mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan
sebelumnya. Bila dilihat dari aspek segi keberhasilan pencapaian tujuan, maka
efektivitas adalah memfokuskan pada tingkat pencapaian terhadap tujuan
organisasi. Selanjutnya ditinjau dari aspek ketepatan waktu, maka efektivitas adalah
tercapainya berbagai sasaran yang telah ditentukan tepat pada waktunya dengan
menggunakan sumber-sumber tertentu yang telah dialokasikan untuk melakukan
berbagai kegiatan.
Untuk mencapai efektivitas pelayanan
aparat pada masyarakat yang diinginkan kepala desa Sobo harus menjalankan
fungsi dan tugasnya dengan cara memotivasi para pegawainya dan juga selalu
berkomunikasi, agar para pegawainya menyadari bahwa mereka memang dibutuhkan
dan tidak dibeda-bedakan, sehingga mereka mengerjakan pekerjaan mereka dengan
sebaik-baiknya, demi kepuasan masyarakat. Kepala desa juga dibutuhkan untuk
mengontrol kegiatan para pegawainya apakah berjalan dengan tujuan yang
diinginan atau tidak. Kepala desa dan pegawainya harus saling kerja sama dalam
usaha pencapaian tersebut. Masing-masing dari mereka haruslah menyadari tugas
dan tanggungjawabnya.
Pemerintah Desa Sobo Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan, yang bekerja dalam
pelayanan masyarakat sudah seharusnya memberikan pelayanan yang terbaik kepada
masyarakat. Untuk mendapatkan pelayanan yang demikian, pemerintah Desa Sobo
Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan harus efektif mungkin dalam menjalankan pekerjaannya. Namun sayang
pada prakteknya, sering kali ditemukan pegawai yang tidak bekerja efektif
sebagaimana mestinya. Misalnya saja para pegawai sering kali datang terlambat
masuk kerja dari jam kerja yang telah ditentukan, bahkan meninggalkan kantor
sebelum jam kerja berakhir (pendapat masyarakat). Disinilah tuntutan
kepemimpinan seorang kepala desa dalam mengelola para pegawainya agar lebih
efektif dalam melaksanakan tugas dan tanggungjawabnya demi menciptakan aparatur
pemerintah yang baik dan sehat demi kepuasan masyarakat.
Aparat desa sebagai bagian dari pegawai negeri dituntut untuk dapat menjadi
motor penggerak pembangunan karena aparat kelurahan bersentuhan langsung dengan
masyarakat sehingga akan lebih memahami keadaan dan kondisi masyarakat. Dari penjelasan tersebut dapat
dikatakan bahwa kesempurnaan birokrasi tergantung dari kesempurnaan aparatur
negara sehingga kualitas birokrasi kita tercermin dari kualitas aparatur Negara.
Sedangkan pelayanan publik itu
sendiri adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan
kebutuhan pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap
warga negara dan penduduk atas barang, jasa, dan pelayanan administrasi yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik. (UU No. 25 / 2009). Efektivitas
pelayanan akan meningkat seiring dengan peningkatan mutu pelayanan. Semakin
tinggi mutu pelayanan bagi masyarakat, maka semakin tinggi pula kepercayaan
masyarakat kepada pemerintahan. Dengan demikian akan semakin tinggi pula peran
serta masyarakat dalam kegiatan pelayanan.
Hal ini yang mendorong penulis untuk
mengkaji dan meneliti masalah Kepemimpinan Kepala Desa yang berkaitan dengan
efektivitas pelayanan pada masyarakat. Oleh sebab itu dalam kesempatan ini
penulis mengupayakan suatu kajian ilmiah dalam judul penelitian sebagai berikut
:
“Pengaruh Kepemimpinan Kepala
Desa Terhadap Efektivitas Pelayanan Aparat pada
Masyarakat di Desa
Sobo Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan”.
B. Ruang Lingkup Masalah
Dalam ruang lingkup permasalahan ini
yang dimaksudkan dengan ruang lingkup masalah menurut Prof. Drs. Sutrisno Hadi,
MA. Adalah membatasi luasnya dan memberikan formulasi yang tegas terhadap pokok
persoalan itu.
Satu fenomena sosial muncul dipengaruhi tidak hanya oleh satu faktor saja
tetapi dipengaruhi oleh banyak faktor.
Bahwa pada dasarnya kepemimpinan merupakan faktor paling
penting dalam usaha organisasi mencapai keberhasilan. Seorang pemimpin akan
menunjang organisasi dengan karya, bakat, kreativitas, dan dorongan. Betapapun
sempurnanya aspek teknologi dan ekonomi, tanpa seorang pemimpin sulit kiranya
tujuan-tujuan organisasi dapat tercapai. Dengan demikian maka faktor
kepemimpinan sangat menentukan efektivitas organisasi dalam mencapai
tujuan-tujuannya.
Beberapa aspek efektivitas pelayanan aparat pada
masyarakat, keberhasilannya dipengaruhi oleh berbagai faktor kepemimpinan
kepala desa diantaranya berupa :
· Loyalitas
· Komunikasi
· Pengambilan
keputusan
· Tanggungjawab
· Ketaatan
pemimpin terhadap peraturan
Berdasarkan pengamatan dilapangan banyak
faktor yang mempengaruhi efektivitas pelayanan aparat pada masyarakat di desa
sobo pada khususnya dan di daerah lain pada umumnya, faktor-faktor tersebut
antara lain :
· Optimasi
tujuan
· Perspektif
sistematika
· Perilaku
pegawai dalam organisasi
Dalam penelitian ini peneliti
membatasi permasalahan sesuai dengan apa yang menjadi pokok permasalahan, hal
ini dimaksudkan untuk mendekatkan pada pokok permasalahan agar tidak
menimbulkan keracuan dalam menginterprestasikan masalah yang dibahas tidak meluas atau bahkan terlepas dari
permasalahn pokok yang dijadikan penelitian.
C. Perumusan Masalah
Perumusan masalah dimaksudkan untuk
mengungkapkan pookok-pokok pikiran secara jelas dan sistematis mengenai hakekat
dari masalah tersebut.
Masalah adalah : “serangkaian
atau setiap kesulitan yang menggerakkan manusia untuk memecahkannya”.
Untuk itu masalah dapat muncul
apabila terjadi kedaan dimana terdapat ketidaksesuaian atau kesenjangan antara
apa yang diharapkan dan yang direncanakan dengan apa yang dicapai atau
dilaksanakkan.
Hal-hal yang perlu diperhatikan
dalam perumusan masalah menurut Moch. Nasir, Ph.D (Metode Penelitian, 1983:80) antara lain :
1. Masalah biasanya dirumuskan dalam bentuk
pertanyaan
2. Rumusan hendaklah padat dan jelas
3. Rumusan harus berisi implikasi adanya data
untuk memecahkannya
4. Rumusan Masalah harus merupakan dasar
dalam pembentukan hipotesa
5. Masalah menjadikan dasar judul bagi
peneliti
Dari uraian diatas, dirumuskan suatu
pertanyaan untuk dikaji dan dibahas yaitu :
Ø Bagaimana
Pengaruh Kepemimpinan Kepala Desa terhadap Efektivitas Pelayanan Aparat pada Masyarakat di Desa Sobo Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan?
D. Tujuan dan Kegunaan Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Tujuan yang ingin
dicapai dalam pelaksanaan penelitian ini adalah untuk mengetahui “Pengaruh
Kepemimpinan Kepala Desa terhadap Efektivitas Pelayanan Aparat pada Masyarakat di Desa Sobo Kecamatan Geyer
Kabupaten Grobogan”
2. Kegunaan Penelitian
Disamping tujuan
yang hendak dicapai melalui penelitian ini, penelitian ini juga dapat
bermanfaat. Adapun manfaat yang ingin dicapai oleh penulis adalah :
Ø Kegunaan Teoritis
a) Sebagai sumbangan bagi ilmu pengetahuan.
b) Sebagai bahan referensi untuk penelitian
selanjutnya.
Ø Kegunaan Praktis
a) Memberikan informasi serta masukan kepada
pihak-pihak yang membutuhkan, khususnya bagi lembaga atau instansi
pemerintahan.
b) Membantu dalam memecahkan masalah yang
dihadapi oleh lembaga pemerintahan (Desa Sobo) dalam usaha meningkatakan
efektivitas pelayanan pada masyarakat di desa Sobo.
E.
Kerangka Teori
Menurut
Snelbecker (dalam Moleong, 2002:34) mendefinisikan teori sebagai seperangkat
proposisi yang terintegrasi secara sintaksis (yaitu yang mengikuti aturan
tertentu yang dapat dihubungkan secara logis satu dengan lainnya dengan data
dasar yang dapat diamati) dan berfungsi sebagai wahana untuk meramalkan dan
menjelaskan fenomena yang diamati.
Dari penjelasan di atas dapat dipahami bahwa keberadaan sebuah teori
dalam penelitian sangat penting, karena teori dapat memandu peneliti untuk
mencoba menerangkan fenomena sosial atau fenomena alami yang menjadi pusat
perhatiannya dalam penelitian tersebut, sekaligus dapat memperoleh pengetahuan
tentang hubungan antar variabel yang mengandung fenomena-fenomena yang
berkaitan dengan masalah penelitian.
Dalam penelitian ini, penulis ingin mencoba membahas
mengenai perilaku aparat pemerintah kelurahan dalam pelayanan publik, meninjau
efektivitas pelayanan yang dilakukan aparat pemerintah kelurahan yang ada di desa sobo kecamatan geyer kabupaten grobogan dari segi pelayanan pegawai dalam
melayani masyarakat dan iklim kerja dalam organisasi tempat pegawai bekerja.
I. Kepemimpinan
I.1. Pengertian kepemimpinan
Kepemimpinan
berasal dari kata pemimpin, yang berarti seseorang yang memiliki kecakapan dan
kelebihan, khususnya kecakapan dan kelebihan dalam satu bidang, sehingga dia
mampu mempengaruhi orang lain untuk bersama-sama melakukan aktifitas demi
tercapainya suatu maksud dan beberapa tujuan (Kartono, 2005:76).
Kepemimpinan merupakan proses mempengaruhi orang lain agar
mau berperan serta dalam rangka memenuhi tujuan yang telah ditetapkan bersama.
Umar
(2008:38) mendefinisikan kepemimpinan sebagai proses pengarahan dan usaha
mempengaruhi aktivitas yang berkaitan dengan tugas dari para anggota kelompok.
Sedangkan
Menurut Hasibuan (2003:170) “Kepemimpinan adalah cara seorang pemimpin
mempengaruhi perilaku bawahan agar mau bekerja sama dan bekerja secara efektif
dan efisien untuk mencapai tujuan organisasi”.
Dimana
defenisi kepemimpinan akhirnya dikategorikan menjadi tiga elemen. (Susanto A.B;
Koesnadi Kardi, 2003:115), yakni :
1. Kepemimpinan
merupakan proses;
2. Kepemimpinan
merupakan suatu konsep relasi (hubungan) antara pimpinan dan bawahan;
3. Kepemimpinan
merupakan ajakan kepada orang lain.
Dari berbagai pengertian diatas, dapat ditarik suatu
kesimpulan bahwa secara umum pengertian pemimpin adalah suatu kewenangan yang
disertai kemampuan seseorang dalam memberikan pelayanan untuk menggerakan
orang-orang yang berada dibawah koordinasinya dalam usaha mencapai tujuan yang
ditetapkan suatu organisasi.
1.2. Fungsi Pemimpin
Dalam upaya mewujudkan kepemimpinan
yang efektif, maka kepemimpinan tersebut harus dijalankan sesuai dengan
fungsinya. Sehubungan dengan hal tersebut, fungsi kepemimpinan berhubungan langsung
dengan situasi sosial dalam kehidupan kelompok masing-masing yang
mengisyaratkan bahwa setiap pemimpin berada didalam, bukan berada diluar
situasi itu. Pemimpin harus berusaha agar menjadi bagian didalam situasi sosial
kelompok atau organisasinya. Fungsi kepemimpinan menurut Hadari Nawawi memiliki
dua dimensi yaitu :
1. Dimensi yang berhubungan dengan tingkat
kemampuan mengarahkan dalam tindakan atau aktivitas pemimpin, yang terlihat
pada tanggapan orang-orang yang dipimpinnya.
2. Dimensi yang berkenaan dengan tingkat
dukungan atau keterlibatan orang-orang yang dipimpin dalam melaksanakan
tugas-tugas pokok atau organisasi, yang dijabarkan dan dimanifestasikan melalui
keputusan-keputusan dan kebijakan pemimpin.
Sehubungan dengan dua dimensi
tersebut, menurut nawawi, secara operasional dapat dibedakan dengan lima fungsi
pokok kepemimpinan yaitu :
1.
Fungsi Instruktif
Pemimpin berfungsi sebagai komunikator yang menentukan apa (isi perintah),
bagaimana (cara mengerjakan perintah), bilamana (waktu memulai, melaksanakan
dan melaporkan hasilnya), dan dimana (tempat mengerjakan perintah) agar
keputusan dapat diwujudkan secara efektif. Sehingga fungsi orang yang dipimpin
hanyalah melaksanakan perintah. Dalam hal ini fungsi orang yang dipimpin adalah
sebagai pelaksana perintah. Inisiatif tentang segala sesuatu yang ada kaitannya
dengan perintah tersebut, sepenuhnya adalah merupakan fungsi pemimpin. Fungsi
ini juga berarti bahwa keputusan yang ditetapkan pemimpin tanpa kemauan
bawahannya tidak akan berarti. Jika perintah tidak dilaksanakan juga tidak akan
ada artinya. Intinya, kemampuan bawahanmenggerakkan pegawainya agar
melaksanakan perintah, bersumber dari keputusan yang ditetapkan. Perintah yang
jelas dari pemimpin juga sebagai perwujudan proses bimbingan dan pengarahan
yang dapat meningkatkan efektivitas dalam pencapaian pelayanan pada masyarakat
sesuai tujuan.
2.
Fungsi Konsultatif
Pemimpin dapat menggunakan fungsi konsultatif sebagai komunikasi dua arah.
Hal tersebut digunakan sebagai usaha untuk menetapkan keputusan yang memerlukan
bahan pertimbangan dan mungkin perlu konsultasi dengan orang-orang yang
dipimpinnya. Konsultasi yang dimaksudkan untuk memperoleh masukan berupa umpan
balik (feed back), yang dapat dipergunakan untuk memperbaiki dan menyempurnakan
keputusan yang telah ditetapkan dan dilaksanakan.
3.
Fungsi Partisipasi
Dalam menjalankan fungsi partisipasi pemimpin berusaha mengaktifkan
orang-orang yang dipimpinnya, baik dalam pengambilan keputusan maupun dalam
melaksanakannya. Setiap anggota kelompok memperoleh kesempatan yang sama untuk
berpatisipasi dalam melaksanakan kesepakatan yang dijabarkan dari tugas-tugas
pokok, sesuai dengan fungsi masing-masing. Fungsi ini tidak sekedar berlangsung
dua arah, tetapi juga perwujudan pelaksanaan hubungan manusia yang efektif
antara pemimpin dan orang yang dipimpin baik dalam keikutsertaan mengambil
keputusan maupun dalam melaksanakan. Sekalipun memiliki kesempatan yang sama
bukan berarti setiap orang bertindak semuanya, tetapi harus dilakukan dan
dikerjakan secara terkendali dan terarah yang merupakan kerjasama dengan tidak
mencampuri atau mengambil tugas pokok orang lain. Dengan demikian musyawarah
menjadi hal yang sangat penting dalam kesempatan berpatisipasi melaksanakan
program organisasi. Pemimpin tidak sekedar mampu membuat keputusan dan
memerintah pelaksanaan, akan tetapi pemimpin harus tetap dalam posisi sebagai pemimpin
yang melaksanakan fungsi kepemimpinan bukan sebagai pelaksana.
4.
Fungsi Delegasi
Dalam melaksanakan fungsi delegasi, pemimpin memberikan pelimpahan
wewenang, membuat, atau menetapkan keputusan. Fungsi delegasi sebenarnya adalah
kepercayaan seorang pemimpin kepada orang yang diberi kepercayaan untuk
pelimpahan wewenang dengan melaksanakan secara bertanggungjawab. Fungsi
pendelegasian ini, harus diwujudkan karena kemajuan dan perkembangan kelompok
tidak mungkin diwujudkan oleh pemimpin seorang diri. Jika pemimpin bekerja
seorang diri, ia pasti tidak dapat berbuat banyak dan mungkin dapat menjadi
tidak berarti sama sekali. Oleh karena itu sebagian wewenang perlu
didelegasikan kepada para bawahannya agar dapat dilaksanakan secara efektif dan
efisien.
5.
Fungsi pengendalian
Fungsi pengendalian berasumsi bahwa kepemimpinan yang efektif harus mampu
mengatur efektivitas anggotanya secara terarah dan dalam koordinasi yang
efektif, sehingga memungkinkan tercapainya tujuan bersama secara maksimal.
Dalam melaksanakan fungsi pengendalian, pemimpin dapat mewujuudkannya melalui
kegiatan bimbingan, pengarahan, koordinasi, dan pengawasan. Dalam melakukan
kegiatan tersebut berarti pemimpin berusaha mencegah terjadinya kekeliruan
perseorangan dalam melaksanakan beban kerja atau perintah dari pimpinannya.
Seluruh fungsi kepemimpinan tersebut
diatas, diselenggarakan dalam aktivitas kepemimpinan secara integral. Aktivitas
atau kegiatan kepemimpinan yang bersifat integral tersebut dalam hal
pelaksanaannya akan berlangsung sebagai berikut :
a. Pemimpin berkewajiban menjabarkan program
kerja yang menjadi keputusan yang kongkrit untuk dilaksanakan sesuai dengan
prioritasnya masing-masing keputusan-keputusan itu harus jelas hubungannya
dengan tujuan organisasi.
b. Pemimpin harus mampu menterjemahkan
keputusan-keputusan menjadi intruksi yang jelas, sesuai dengan kemampuan
anggota yang melaksanakannya. Setiap anggota harus mengetahui dari siapa
intruksi diterima dan pada siapa dipertanggungjawabkan.
c. Pimpinan harus berusaha untuk
mengembangkan dan menyalurkan kebebasan berfikir dan mengeluarkan pendapat baik
secara perorangan maupun kelompok kecil. Pimpinan harus mampu menghargai
gagasan, pendapat, saran, kritik anggotanya sebagai wujud dari partisipasinya.
Usaha mengembangkan partisipasi anggota tidak sekedar ikut aktif dalam
melaksanakan perintah, tetapi juga dalam memberikan informasi dan masukan untuk
dijadikan bahan pertimbangan dalam membuat dan memperbaiki keputusan-keputusan.
d. Mengembangkan kerjasama yang harmonis,
sehingga setiap anggota mengerjakan apa yang harus dikerjakan, dan bekerjasama
dalam mengerjakan sesuatu yang memerlukan kebersamaan. Pemimpin harus mampu
memberikan pengakuan dan penghargaan terhadap kemampuan, prestasi atau
kelebihan yang dimiliki setiap anggota kelompoknya atau organisasi.
e. Pemimpin harus membantu dalam
mengembangkan kemampuan memecahkan masalah dan mengambil keputusan sesuai
dengan batas tanggungjawab masing-masing.setiap anggota harus didorong agar
tumbuh menjadi orang yangg mampu menyelesaikan maslah-masalah, dengan
menghindari ketergantungan yang berlebihan dari pemimpin atau orang lain.
Setiap anggotanya harus dibina agar tidak menjadi orang selalu menunggu
perintah. Namun diharapkan setiap anggota adalah orang yang inisiatif artinya
mampu bekerja dengan sendirinya karena kesadaran bahwa ia memiliki
tanggungjawab.
1.3. Pemimpin Yang Ideal
Secara
garis besar, seorang pemimpin idealnya memiliki tiga kategori umum, yakni
(Arep, 2002:241) :
1.
Kemampuan menganalisa dan menarik kesimpulan
yang tepat. Ia harus mampu menganalisa sesuatu masalah, situasi atau
serangkaian keadaan tertentu dan menarik kesimpulan-kesimpulan yang tepat.
2.
Kemampuan untuk menyusun suatu organisasi serta
dapat menyeleksi dan menempatkan orang-orang yang tepat untuk mengisi jabatan
dalam organisasi yang bersangkutan.
3. Kemampuan untuk membuat sedemikian rupa,
agar organisasi yang bersangkutan berjalan lancar untuk menuju tujuan,
cita-cita dan putusan dari tingkat yang lebih tinggi kepeda bawahan-bawahannya,
agar tujuan dan putusan-putusan itu dapat diterima dengan baik.
Ketiga kemampuan tersebut, idealnya dimiliki oleh seseorang
pemimpin agar organisasi maju dan berkembang. Yang harus diingat, fungsi
pemimpin juga harus dapat memotivasi staf/pegawainya. Untuk itu, paling tidak
ada 8 watak atau sifat dari seseorang pemimpin yang efektif dalam memotivasi
pegawai untuk meningkatkan produktivitas kerjanya. Mampu untuk menimbulkan
kepercayaan pada diri orang lain. Untuk itu dibutuhkan sejumlah persyaratan
yang harus dipunyai oleh seorang pemimpin, yakni :
1. Harus mempunyai pengetahuan yang
cukup tentang alat-alat teknis dan prosedur-prosedur yang dipergunakan oleh
para pegawainya, sehingga ia dapat member petunjuk-petunjuk dalam mengoprasikan
alat-alat setra prosedur-prosedur yang diperlukan. Pengetahuan dan pengertian
tentang garis-garis besar kebijaksanaan organisasi.
2. Seorang pemimpin harus senantiasa
setia memegang teguh setiap ucapannya. Ia harus senantiasa menepati janjinya,
jika ingin menanam kepercayaan bawahannya. Seorang pepemimpin harus mampu
memberikan penilaian yang baik terhadap semua permasalahan, baik yang bersifat
kedinasan maupun yang bersifat pribadi.
3. Tabah dalam usahanya untuk mencapai
tujuan organisasi. Pemimpin harus mempunyai keyakinan yang teguh atas segala
sesuatu yang ingin dicapainya. Tegasnya ia harus tabah dan tekun untuk mencari
cara-cara melakukan sesuatu sampai mendapatkan yang paling tepat untuk mencapai
tujuan organisasi.
4. Kemampuan
untuk memberikan pengertian tanpa menimbulkan kesalahpahaman dalam dalam
menjelaskan/mengemukakan tujuan organisasi kepada pihhak lain. Kemampuan untuk
mendengarkan secara simpatik, baik berupa usul-usul maupun berupa kritikan dari
pihak lain maupun dari pihak bawahannya.
5. Senantiasa menaruh minat yang tulus dan ikhlas terhadap orang lain, tulus
terhadap kesejahteraan bagi pihak yang dipimpinnya.
6. Kemampuan untuk
memahami manusia serta reaksinya. Seorang pemimpin harus paham benar akan
manusia baik manusia sebagai individu maupun sebagai anggota kelompok dan
mengetahui mengapa ia bertindak sedemikian rupa.
7. Seseorang pemimpin
harus senantiasa waspada untuk selalu bersikap objektif dan jangan sampai
membiarkan putusannya dipengaruhi oleh sentiment orang lain.
8. Seseorang pemimpin
harus senantiasa bersikap terus terang dan transparan. Ia tidak boleh
membiarkan orang lain berkata terhadap dirinya ; “ia selalu ingin rahasia
dan tertutup”.
II. Efektivitas Pelayanan
Aparat
II.1. Pelayanan Publik
Pelayanan yang diberikan kelurahan
tergolong dalam jenis pelayanan publik. Pelayanan menurut Kamus Besar Bahasa
Indonesia adalah :
1.
Perihal atau cara melayani
2.
Servis, jasa
3.
Kemudahan yang diberikan sehubungan dengan jual beli barang atau jasa
Moenir (2000:26-27) berpendapat bahwa pelayanan adalah
kegiatan yang dilakukan oleh seseorang atau sekelompok orang dengan landasan
faktor material melalui sistem, prosedur dan metode tertentu dalam rangka usaha
memenuhi kepentingan orang lain sesuai dengan haknya. Pendapat lain menyebutkan
bahwa pelayanan adalah suatu perbuatan (deed), suatu kinerja (performance)
atau suatu usaha (effort), jadi menunjukkan secara inheren pentingnya
penerima jasa pelayanan terlibat secara aktif di dalam produksi atau penyampaian
proses pelayanan itu sendiri.
Pendapat
Boediono (2003:60), bahwa pelayanan merupakan suatu proses bantuan kepada orang
lain dengan cara-cara tertentu yang memerlukan kepekaan dan hubungan
interpersonal agar terciptanya kepuasan dan keberhasilan.
Dari
pengertian di atas tersirat bahwa suatu pelayanan pada dasarnya melibatkan dua
pihak yang saling berhubungan yaitu organisasi pemberi pelayanan di satu pihak
dan masyarakat sebagai penerima pelayanan di pihak lainnya. Jika organisasi mampu memberikan pelayanan yang optimal dan memenuhi
tuntutan dari masyarakat, maka dapat dikatakan organisasi tersebut telah mampu
memberikan pelayanan yang memuaskan pada masyarakat.
Menurut Kurniawan (dalam Sinambela, 2006:5) pelayanan publik
diartikan sebagai pemberi pelayanan (melayani) keperluan orang atau masyarakat
yang mempunyai kepentingan pada organisasi itu sesuai dengan aturan pokok dan
tata cara yang ditetapkan.
Menurut UU No.25/2009, pelayanan
publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan
pelayanan sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara
dan penduduk atas barang, jasa, dan/atau pelayanan administratif yang
disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.
Dari
definisi diatas dapat dipahami bahwa pelayanan publik merupakan jenis bidang
usaha yang dikelola oleh pemerintah dalam bentuk barang dan jasa untuk melayani
kepentingan masyarakat tanpa berorientasi.
II.2. Efektivitas Pelayanan Aparat
Efektivitas merupakan unsur pokok aktivitas organisasi dalam
mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan sebelumnya. Bila dilihat
dari aspek segi keberhasilan pencapaian tujuan organisasi. Selanjutnya dari
aspek kecepatan waktu, maka efektivitas tercapainya berbagai sasaran yang telah
ditentukan tepat pada waktunya dengan menggunakan sumber-sumber tertentu yang
disediakan untuk melaksanakan berbagai kegiatan dalam program yang telah disusun
sebelumnya.
Menurut komarudin (2000) “ Efektivitas adalah suatu keadaan
dalam mencapai tujuan. Manajemen yang efektif perlu disertai dengan manajemen
yang efisien. Tercapainya, tujuan mungkin hanya dapat dilakukan dengan
penghamburan dan, oleh karena itu manajemen tidak boleh hanya diukur dengan
efektifitas tetapi juga diperlukan efisiensi”.
Efektif selain ditempuh dengan tercapainya suatu
tujuan dan sasaran, juga bisa melalui penghasilan sejumlah barang atau jasa
dengan mutu tertentu dan tepat waktu. Hal tersebut sesuai dengan apa yang
dikemukakan oleh Siagian (2003:20) bahwa, “efektivitas adalah pemanfaatan
berbagai sumber daya, dana, sarana dan prasarana, dalam jumlah tertentu yang
secara sadar ditetapkan sebelumnya untuk menghasilkan sejumlah barang atau jasa
dengan mutu tertentu, tepat pada waktunya”.
Bahwa konsep birokrasi yang rasional
sangat mengandalkan pada peraturan-peraturan dan prosedur yang kesemuanya
dimaksudkan untuk membantu tercapainya tujuan dan terlaksananya nilai-nilai dan
norma-norma yang diinginkan.
Dengan melihat konsep tentang
pelayanan publik yang telah diuraikan di atas, bahwa pelayanan publik adalah
suatu usaha yang dilakukan oleh seseorang atau kelompok orang atau instansi
tertentu untuk memberikan bantuan dan kemudahan kepada masyarakat atau kelompok
yang dilayani dalam rangka mencapai tujuan tertentu.
Untuk
pencapaian efektifitas pelayanan organisasi harus mengetahui sumberdaya yang
diwakili organisasi, seorang pemimpin harus bisa mengubah persepsi, mendesain
kembali organisasi yang meliputi perencanaan, filosofis dan orientasi tim,
semangat kerja kelompok dan menghasilkan produk yang bermutu.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa efektivitas pelayanan aparat adalah
tercapainya suatu tujuan yang dilakukan oleh aparat dalam pelayanan sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan. Efektivitas lebih menekankan pada aspek
tujuan dari suatu organisasi.
III. Pengaruh Kepemimpinan
Kepala Desa terhadap Efektivitas Pelayanan Aparat
Suatu organisasi dalam pencapaian tujuannya akan berhasil melalui usaha
yang sungguh-sungguh. Oleh karena itu efektivitas yang tinggi dicapai
organisasi tidak diperoleh secara kebetulan. Dari sikap kepemimpinan inilah,
aparat akan taat serta patuh terhadap aturan yang ada sehingga pencapaian
sasaran organisasi dapat diperoleh secara optimal.
Secara umum efektivitas pelayanan aparat dapat diartikan sebagai tingkat
pencapaian tujuan pelayanan yang diartikan sebagai tingkat pencapaian tujuan pelayanan
yang diberikan aparat kepada masyarakat sesuai dengan standar kualitas pelayanan
yang telah ditetapkan sebelumnya.
Untuk
pencapaian efektifitas pelayanan organisasi harus mengetahui sumberdaya yang
diwakili organisasi, seorang pemimpin harus bisa mengubah persepsi,
mendesain kembali organisasi yang meliputi perencanaan, filosofis dan orientasi
tim, semangat kerja kelompok dan menghasilkan produk yang bermutu.
Dari uraian tersebut terlihat arti penting dari kepemimpinan bagi
pencapaian efektivitas pelayanan aparat. Oleh karena itu kepala desa dituntut
harus mempunyai jiwa kepemimpinan yang baik agar tugas-tugas pemerintah yang
menjadi kewajibannya dapat terselesaikan dengan baik.
Ø
Pelayanan Publik
|
Efektivitas Pelayanan Aparat pada Masyarakat
|
Ø
Motivasi
Ø
Koordinasi
Ø
Pengambil keputusan
|
Kepemimpinan Kepala Desa
|
(+)
|
Efektivitas Pelayanan
|
F. Hipotesis
Pada dasarnya dalam sebuah
penelitian, hipotesis merupakan salah satu unsur penting yang mewujudkan ada
tidaknya hubungan atau pengaruh diantara variabel dalam penelitian, sehingga
dapat memberikan arah bagi peneliti untuk membuktikan kebenaran suatu hipotesis
yang perlu diadakan penelitian lebih lanjut.
Hipotesis
adalah jawaban sementara atau dugaan yang mempunyai kemungkinan benar atau
salah yeng dinyatakan berdasarkan pengamatan atas pertimbangan rasional.
Berdasarkan rumusan masalah yang
telah dijabarkan diatas, maka
hipothesa yang penulis ambil
yaitu:
a.
Model Verbal
Yaitu hipothesa yang dirumuskan dalam
bentuk kalimat-kalimat deklaratiif atau kalimat pernyataan: Ada Pengaruh yang
Positif antara Kepemimpinan Kepala Desa terhadap Efektivitas Pelayanan Aparat pada Masyarakat di Desa Sobo Kecamatan Geyer
Kabupaten Grobogan.
b.
Model Geometrik
Yaitu suatu model hipothesa yang
digambarkan melalui suatu model pemetaan pola hubungan suatu variable dengan
variable lainnya. Adapun hasil hipothesa geometrik pada penelitian ini sebagai
berikut :
Kepemimpinan Kepala Desa
(Variabel X)
|
Efektivitas Pelayanan Aparat
(Variabel Y)
|
(+)
|
Maksud dari pemetaan model hipothesa
di atas adalah memberikan gambaran/penjelasan bahwa faktor kepemimpinan kepala
desa (Variabel X) memiliki hubungan atau berpengaruh terhadap efektivitas
pelayanan aparat (Variabel Y).
G.
Definisi Konsep
Konsep
adalah unsur penelitian yang sangat penting dan merupakan definisi yang dipakai
oleh peneliti untuk menggambarkan secara abstrak dari suatu fenomena alam.
Konsep merupakan generalisasi dari kelompok fenomena tertentu, sehingga dapat
dipakai untuk menggambarkan berbagai fenomena yang sama.
Tujuannya adalah untuk memudahkan pemahaman dan menghindari terjadinya
interprestasi ganda dari variabel yang diteliti. Untuk mendapatkan balasan yang
jelas dari masing-masing konsep yang diteliti, maka dalam hal ini penulis
mengemukakan definisi dari konsep yang akan dipergunakan :
1.
Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah aktivitas pemimpin mempengaruhi bawahannya sehingga
bawahannya bekerja dengan baik dan mau bekerja sama untuk mencapai tujuan
organisasi.
2. Efektivitas
Pelayanan Aparat
Yaitu tercapainya suatu tujuan yang
dilakukan oleh aparat dalam pelayanan dengan mempertimbangkan segi waktu dan
tenaga.
H. Definisi Operasional
Dalam suatu penelitian, keberadaan definisi
operasional digunakan untuk membantu peneliti dalam mengoptimalkan konsep-konsep atau menjalankan variabel-variabel baik variabel
independen maupun dependen ke dalam indikasi- indikasi sehingga akan membantu dan
mempermudah peneliti dalam mencari gejala-gejala dimana variabel yang diukur.
1. Variabel (X)
Yang menjadi variabel bebas dalam
penelitian ini adalah kepemimpinan adalah :
a. Koordinasi
-
Tingkat kemampuan pengarahan
b. Komunikasi
Komunikasi sebagai cara yang dilakukan dalam proses pekerjaan sehingga
pegawai mau bekerjasama. Indikator-indikatornya :
-
Tingkat
kemampuan intensitas berkomunikasi dengan masyarakat setempat
-
Tingkat
kemampuan menampung dan menyampaikan ide atau aspirasi masyarakat kepada
pemerintah
-
Tingkat
kemampuan penghubung komunikasi dari masyarakat kepada pemerintah
c. Pengambilan keputusan
Memberikan wewenang dan tanggungjawab dalam pengambilan keputusan kepada
pegawainya dalam menyelesaikan pekerjaannya.
-
Tingkat
kemampuan pengambilan keputusan
d. Motivasi
Memberikan bimbingan, dorongan, dan
pengawasan kepada bawahan dalam pelaksanaan pekerjaan.indikator-indikatornya :
-
Tingkat
kemampuan memberi bimbingan kepada masyarakat
-
Tingkat
kemampuan penggunaan cara pendekatan sosial budaya masyarakat setempat
-
Tingkat
kemampuan pemberian dorongan kepada masyarakat
e. Tanggung jawab, kemampuan menanggung resiko, indikatornya antara lain :
-
Tingkat kemampuan mengambil keputusan
secara tepat dan cepat
-
Tingkat kemampuan bersedia menanggung
akibat yangg timbul dari keputusan yang telah ditetapkan
f. Ketaatan pemimpin terhadap peraturan, antara lain :
-
Tingkat kemampuan taat pada peraturan dan tata tertib
yang berlaku
-
Tingkat kemampuan cara berpakaian
-
Tingkat absensi atau daftar hadir
2. Variabel (Y)
Dalam penelitian ini yang menjadi
variabel terikat adalah efektivitas pelayanan aparat pada masyarakat, dengan
indikator untuk mengukur efektivitas pelayanan aparat sebagai berikut :
1) Optimasi tujuan, meliputi :
- Tingkat kemampuan tercapainya target kerja
- Tingkat keluhan dari penerima hasil kerja
- Tingkat prioritas pencapaian tujuan
2) Perspektif sistematika, meliputi :
- Tingkat kemampuan dalam kesesuaian cara kerja pegawai dengan sistem kerja yang ada
- Tingkat kemampuan pencapaian tujuan dengan mengikuti prosedur yang ada
- Tingkat kemampuan memahami dan
menguasai hal-hal teknis pekerjannya
3) Perilaku pegawai dalam organisasi,
meliputi :
- Tingkat kemampuan partisipasi
anggota dalam program-program yang dilaksanakan organisasi
- Tingkat kemampuan kerjasama dalam organisasi
- Tingkat kemampuan pelanggaran
terhadap peraturan organisasi
I. Metodologi Penelitian
1. Tipe Penelitian
Menurut Sutrisno Hadi, pengelompokan
tipe penelitian berdasar kepada sifatnya dapat dibedakan menjadi tiga macam
yaitu :
a) Penelitian penjajakan (eksploratif)
Merupakan penelitian yang bersifat terbuka, masih mencari-cari dan belum
mempunyai hipothesa.
b) Penelitian penjelasan (eksplanatori)
Merupakan penelitian yang menyoroti hubungan antara variabel-variabel
penelitian dan menguji hipothesa yang dirumuskan sebelumnya.
c) Penelitian deskriptif
Menurut Usman dan Akbar (2004:4) penelitian deskriptif bermaksud membuat
penggambaran secara sistematis, faktual, dan akurat mengenai fakta-fakta dan
sifat-sifat populasi tertentu.
Penelitian berjudul “Pengaruh Kepemimpinan Kepala Desa terhadap Efektivitas
Pelayanan Aparat pada Masyarakat Desa di
Desa Sobo Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan” ini terdiri dari dua variabel, yaitu variabel X (Pengaruh Kepemimpinan Kepala
Desa) dan Y (Efektivitas Pelayanan Aparat pada Masyarakat). Dalam penelitian
ini peneliti menggunakan penelitian eksplanatori karena bermaksud untuk
menjelaskan pengaruh antara variabel penelitian dan menguji hipothesa yang
telah dirumuskan sebelumnya.
2.
Populasi dan Sampel Penelitian
Populasi disini adalah
keseluruhan unit yang ciri-cirinya akan diduga. Sebagian peneliti menyatakan
bahwa besarnya sampel tidak boleh kurang dari 10% dan ada pula peneliti lain
menyatakan bahwa besarnya sampel minimum 5% dari jumlah satuan-satuan elementer
(elementary unit) dari populasi.
Adapun
populasi dalam penelitian ini adalah seluruh masyarakat desa yang tinggal di
Desa Sobo Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan dengan pengambilan sampel sebesar 20%
dari populasi yang ada.
a.
Elemen
Elemen adalah unit yang akan dianalisa
atau diteliti. Adapun yang menjadi elemen dalam penelitian ini adalah seluruh
masyarakat yang ada di Desa Sobo Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan.
Pengambilan sampel sebesar 20% dari jumlah Kepala Keluarga (KK) yang ada, yaitu
sebesar 580 X 20% = 116 KK
b.
Sampling Frame
Adapun contoh dalam pembuatan kerangka
sampling framenya adalah sebagai berikut :
NO.
|
N A M A
|
ALAMAT
|
KETERANGAN
|
1.
|
…………………………
|
…………………….
|
…………………….
|
…………………………
|
…………………….
|
…………………….
|
|
580
|
…………………………
|
…………………….
|
…………………….
|
c.
Sampling Fraction
Setelah peneliti merinci di dalam sampling
frame selanjutnya adalah membuat sampling fraction, menurut Singarimbun adalah
: “merupakan pecahan atau bagian dari kerangka sampling”.
Sampling dalam hal ini merupakan ketentuan
jumlah sampel yang diambil dalam penelitian ini sebanyak 20% dari keseluruhan
efektivitas pelayanan aparat pada masyarakat.
Contoh sampling fraction
NO.
|
RUKUN TETANGGA
|
PROSENTASE
|
JUMLAH
|
1.
|
RT. II
|
20% X 350 KK
|
70
|
2.
|
RT. VIII
|
20% X 230 KK
|
46
|
Jumlah
|
20% X 580
KK
|
116
|
d.
Sampling Technique
Dalam penelitian ini peneliti menggunakan
teknik sampel random sampel dimana setiap unit penelitian atau satuan elementer
dari populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih sebagai sampel.
Adapun jenisnya adalah proporsional area random sampling dimana tiap-tiap
populasi disetiap area diambil sama besarnya secara proporsional. Adapun cara
pengambilannya dengan cara undian, yaitu :
1)
Menetapkan dukuh-dukuh dari desa kemudian
diambil beberapa dukuh secara acak melalui undian sesuai kebutuhan.
2)
Menetapkan dari dukuh-dukuh terpilih secara cak
dengan undian.
3)
Menetapkan jumlah Kepala Keluarga dari tiap-tiap
RW untuk dijadikan sampel dengan cara acak pengambilannya melalui undian.
3. Sumber Data
Untuk menjawab permasalahan
maka diperlukan data yang mendukung yang dapat diperoleh dari sumber data.
Sumber data dibagi atas dua sumber yaitu :
a.
Data Primer
Adalah sumber-sumber yang memberikan data
langsung meliputi responden, yaitu penduduk Desa Sobo Kecamatan Geyer Kabupaten
Grobogan.
b. Data
Sekunder
Yaitu sumber-sumber yang mengutip dari
data lain atau tidak langsung yaitu meliputi monografi, dokumentasi maupun
bentuk-bentuk yang dapat memberikan informasi yang berkaitan dengan penelitian.
4. Teknik Pengumpulan Data
Dalam pengumpulan data yang diperlukan
dalam penelitian ini maka digunakan metode pengumpulan data sebagai berikut :
a. Questioner
Teknik pengumpulan data dengan memberikan
daftar pertanyaan yang telah disiapkan kemudian diisi responden yaitu sebagian
Kepala Keluarga (KK) di Desa Sobo Kecamatan Geyer Kabupaten Grobogan.
b. Dokumentary
Teknik pengumpulan data dengan cara
membuat monografi, dokumen dan literature yang ada hubungannya dengan
penelitian ini.
c.
Observasi
Teknik pengumpulan data yang dilakukan
melalui pengamatan langsung maupun tidak langsung terhadap obyek/gejala yang
diamati. Teknik ini Peneliti gunakan untuk memperoleh informasi menyeluruh
tentang aktivitas semua personil baik para perangkat desa maupun masyarakat
penerima pelayanan yang dilihat dari aspek sikap dan perilaku masing-masing
dalam proses kegiatan pelayanan administrasi.
d. Wawancara
Yaitu teknik pengumpulan data dengan sebuah
percakapan antara dua orang atau lebih, yang pertanyaannya diajukan oleh
peneliti kepada subjek atau sekelompok subjek penelitian untuk dijawab.
5. Skala Pengukuran Data
Tujuan
dari skala pengukuran data ini adalah untuk mengukur variable-variabel yang
telah dioperasionalkan melaui-melaui indikator, indikator tersebut dijabarkan
dalam bentuk-bentuk pertanyaan yang masing-masing pertanyaan mempunyai alternative
jawaban sesuai dengan skala pengukuran.
Adapun
macam-macam dari tingkat ukuran tersebut adalah :
a.
Skala Nominal
Dalam ukuran ini tidak ada asumsi tentang
jarak maupun urutan antara kategori-kategori dala ukuran itu. Dasar
penggolongannya adalah hanya kategori yang tidak tumpang tindih (mutually
exlicive).
b.
Skala Ordinal
Tingkat ukuran yang kedua adalah
memungkinkan peneliti untuk mengurutkan respondennya dari tingkatan paling
rendah ke tingkatan paling tinggi menurut suatu atribut tertentu.
c.
Skala Interval
Yaitu mengurutkan orang atau obyek
berdasarkan suatu atribut. Selain itu memberikan informasi tentang interval
antara satu orang atau obyek dengan orang atau obyek lainnya. Interval yang
sama pada skala interval dipandang mewakili interval atau jarak yang sama pada
obyek yang diukur.
d.
Skala Ratio
Suatu bentuk interval yang jaraknya
(interval) tidak dinyatakan sebagai perbedaan nilai antara responden dengan
nilai antara responden dengan nilai nol
absolute. Karena ada nilai nol maka perbandingan rasio dapat ditentukan.
Penelitian ini berdasarkan pada jawaban
yang diberikan responden.
Dalam
penelitian ini menggunakan skala ordinal, karena gejala yang diteliti/variable
diteliti, yaitu Kepemimpinan Kepala desa, dan efektivitas pelayanan aparat pada
masyarakat adalah gejala interval.
6. Teknik Pengolahan
dan Analisis Data
a) Teknik Pengolahan Data
Ø Editing, berupa pengecekan kelengkapan
jawaban responden dalam questioner.
Ø Tabulating, yaitu penyusunan dalam bentuk
tabel.
Ø Coding, yaitu dengan memmberikan kode atau
simbol pada daftar pertanyaan sesuai dengan yang dikehendaki.
b) Analisis Data
Ø Kualitatif dengan lebih memusatkan
perhatian pada penggambaran atas data yang ada.
Ø Kualitatif dengan data
statistik yang telah tersedia sebagai sumber data tambahan dan membantu memberi
gambaran tentang kecenderungan subyek pada latar penelitian. Data statistik ini
dapat dimanfaatkan sebagai cara yang mengatur dan mengarahkannya pada kejadian
dan peristiwa yang ditemukan dan dicari sendiri sesuai dengan tujuan
penelitian.
Ø Analisis kuantitatif,
yaitu dengan menggunakan angka-angka. Dalam
analisa kuantitatif ini digunakan alat statistik deskriptif yang membicarakan
mengenai penyusunan data dan interprestasinya.
Untuk analisa data kuantitatif, dengan
menambah data ordinal dan data interval dengan member skor pada jawaban
responden yaitu sebagai berikut :
a)
Untuk jawaban yang paling mendukung diberi skor 4
b)
Untuk jawaban yang mendukung diberi skor 3
c)
Untuk jawaban yang kurang mendukung diberi skor
2
d)
Untuk jawaban yang tidak mendukung diberi skor 1
Dan untuk mengetahui tingkat variable
penelitian menggunakan analisa nilai rata-rata prosentase variable penelitian
yaitu dengan rumus sebagai berikut :
Atau
S
|
P x 4 x Q
|
Dimana :
S =
Skor yang dicapai Q =
Jumlah responden
P =
Jumlah item pertanyaan 4 =
Nilai skor tertinggi
Sedangkan untuk mengukur sejumlah mana pengaruh
Kepemimpinan Kepala Desa terhadap Efektivitas Pelayanan Aparat Desa pada Masyarakat akan dipakai standar sebagai berikut :
§ 75% - 100% =
Sangat Tinggi
§ 50% - 74,99% = Tinggi
§ 25% - 49,99% = Sedang / Cukup
§ 0% - 24,99% = Rendah / Kurang
6. Pengujian Hipothesa
Pengujian hipotesa pada penelitian
ini merupakan pengujian terhadap hipotesa yang menyatukan antara dua variabel,
adapun hipotesa dalam penelitian ini rumusnya adalah sebagai berikut :
“Ada
Pengaruh Positif dan Signifikan antara Pengaruh Kepemimpinan Kepala Desa (X)
terhadap Efektivitas Pelayanan Aparat pada Masyarakat Desa (Y)”.
Pengujian hipothesa pada penelitian
ini didasarkan pada variabel-variabel
yang ada yaitu : Kepemimpinan Kepela Desa sebagai variabel independen dan
Efektivitas Pelayanan Aparat pada
Masyarakat Desa sebagai variabel dependen merupakan gejala ordinal. Dengan
demikian rumus yang peneliti gunakan adalah korelasi product moment dengan
rumus sebagai berikut :
rxy
|
=
|
N ∑XY – (∑X)
(∑Y)
|
||
√
|
[N∑X2
- (∑X) 2] [N∑Y2 – (∑Y)2]
|
|||
keterangan
:
rXY : Koefisien korelasi antara X dan
Y
∑XY : Hasil kali antara X dan Y
∑X2 : Hasil dari X dikuadratkan
∑Y2 : Hasil dari Y dikuadratkan
Selanjutnya sebagai kriteria untuk menentukan
apakah koefisien korelasi product moment signifikan atau tidak dikonsultasikan
dengan F tebel product moment dengan N tentu dan tidak dikonsultasikan dengan F
tabel product moment dengan N tertentu dan taraf signifikan tertentu (5%).
Adapun aturan pengujian hipothesa adalah sebagai berikut :
§ Rhasil > Rtabel 5% : Signifikan dan ha diterima, ho ditolak.
§ Rhasil < Rtabel 5% : Tidak Signifikan dan ha diitolak, ho
diterima.
Sedangkan untuk mengetahui koefisien
determinasi yaitu sebagai alat statistik untuk mengetahui seberapa besar
pengaruh variabel independen dengan dependen, digunakan dengan rumus sebagai
berikut : KD = R2 x 100%.
1 komentar:
terimakasih skripsinya ya mas