SKRIPSI : PENGGUNAAN ALAT PERAGA BERUPA BENDA KONKRIT UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA




PENGGUNAAN ALAT PERAGA BERUPA BENDA KONKRET
UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA
MATA PELAJARAN MATEMATIKA KELAS II
DI SD NEGERI 2 LEBAK SEMESTER 2
TAHUN PELAJARAN 2013/2014
KECAMATAN GROBOGAN
KABUPATEN GROBOGAN

APRILLIYA ASTUTI (820934167)

Abstrak
. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui permasalahan dan menemukan solusi pada pembelajaran Matematika kelas II di Sekolah Dasar Negeri 2 Lebak. Permasalahan yang dihadapi yaitu penggunaan metode yang digunakan kurang menarik minat belajar siswa, sehingga didapat penggunaan metode demonstrasi yang disertai dengan bantuan alat peraga berupa benda konkret pada pelaksanaan penelitian ini. Pelaksanan penelitian ini dibuat dalam 2 siklus yang terdiri dari 4 tahap yaitu tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap pengamatan dan tahap refleksi. Siklus I dilaksanakan dengan perolehan hasil dari 26 siswa sebanyak 18 anak yang mendapatkan nilai di atas KKM atau sekitar 73,07%. Sedangkan pada pelaksanaan siklus II mengalami peningkatan yang sangat signifikan yaitu yang diperoleh hasil belajar siswa dengan perolehan nilai 100% tuntas, sehingga diperoleh dari kegiatan Penelitian Tindakan Kelas ini melalui metode demonstrasi dengan menggunakan alat peraga konkret hasil belajar siswa ditingkatkan.
Kata Kunci : Matematika,Demonstrasi, Alat Peraga, Benda Konkret, Hasil Belajar
Pendahuluan
Latar Belakang
Pembelajaran Matemaika ditingkat Sekolah Dasar merupakan salah satu pembelajan yang selalu menari untuk diperbincangkan. Dewasa ini perkembangan pembangunan nasional dalam bidang pendidikan adalah upaya pemerintah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa. Anak usia Sekolah dasar sedang menaglami perkembangan pada pola pikirnya karena tahap berpikir mereka masih belum rasional terutama untuk anak atau siswa yang masih duduk di kelas rendah. Bukan tidak mungkin cara berpikirnya masih berada pada tahapan pra konkret. ( Karso, 2009:1.4 )
Tujuan Matematika di Sekolah Dasar adalah bukan hanya untuk memahami makna dan fakta maupun konsep yang terdapat dalam matamatika, melainkan untuk mengembangkan sikap dan keterampilan yang sistematis, logis, kritis dengan penuh kecermatan dalam pencapaian pengetauan tersebut. Namun sayangnya, pengembangan model Matematika tidak selalu sejalan dengan perkembangan berpikir anak terutama pada anak-anak usia Sekolah Dasar. Apa yang dianggap jelas orang yang berhasil mempelajarinya merupakan hal yang tidak mudah dipahami dan membingungkan bagi anak-anak. Hal ini pulalah yang menyebabkan pembelajaran Matematika di Sekolah Dasar selalu menarik untuk diutarakan. Untuk menambah pemahaman anak dalam kegiatan belajar mengajar dibutuhkan alat peraga yang tepat. (Karso,2009:1.4)
Alat peraga adalah merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa. Dengan adanya alat peraga anak dapat termotivasi dalam kegiatan belajarnya dan dapat menambah daya tarik juga minat anak untuk belajar. Alat peraga dalam duia pendidikan adalah hal yang mutlak harus digunakan dalam mencapai tujuan pembelajaran. Keengganan penggunaan alat peraga sekarang ini banyak dirasakan oleh para guru dengan alasan ribet dan merepotkan. Para guru umumnya menggunakan metode ceramah yang dianggapnya lebih simpel dan sederhana serta mudah dilakukan, tanpa persiapan dapat langsung mengajar di kelas menyampaikan materi pembelajaran. ( Karso, 2009:1.14 )
Menurut Jean Peaget dan teman-temannya menunjukkan bahwa “ Anak tidak bertindak dan berpikir sama seperti orang dewasa “.sehingga ilmu Matematika bagi anak usia sekolah dasar berguna untuk kepentingan hidup pada lingkungannya untuk meningkatkan cara berpikir anak dan untuk mempelajari ilmu-ilmu kemudian. Manfaat Matematika bagi siswa Sekolah Dasar adalah sesuatu yang jelas dan tidak perlu dipersoalkan lagi sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang semakin pesat dan semakin  canggih saja saat ini.
Berkaitan dengan hal di atas penulis sebagai seorang guru yang baik akan memusatkan perhatian pada anak didiknya karena seorang siswa akan belajar bersama gurunya di sekolah. Sehinngga dengan sekuat tenaga dan pikiran yang dimiliki penulis sebagai sosok seorang guru harus mampu meningkatkan motivasi siswanya atau anak didiknya untuk belajar. Maka seorang guru untuk menciptakan proses belajar mengajar yang produktif, aktif, kreatif, efektif, dan menyenangkan. Inilah PR bagi guru untuk mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, dan mengevaluasi siswanya agar menjadi manusia yang berguna bagi dirinya, orang lain, dan negaranya kelak yang diperoleh dari hasil belajarnya.
Hasil belajar merupakan perubahan pengetahuan (knowledge), penguasaan perilaku yang ditentukan (kognitif, afektif, psikomotorik) dan perbaikan kepribadian. Hanya, ada yang lebih menekankan pada pengetahuan, perilaku yang diamati (behavioral) dan ada yang rnenekankan pada aspek pribadi dengan kegiatan evaluasi belajar yang dapat menilai secara efektif. Sehingga dapat diperoleh hasil pembelajaran riil dari kegiatan tersebut. (Agus Taufiq, 212:5.12)
Hasil belajar Matematika yang riil di Sekolah Dasar Negeri 2 Lebak khususnya kelas II tentang melakukan operasi hitung pembagian masih jauh dari harapan. Peneliti dapat mengatakan hal demikian karena setelah peneliti menganalisa nilai yang dicapai siswa dalam menempuh ulangan harian rata-rata nilai yang dicapai 60. Untuk nilai tertinggi 80 dan nilai terendah 20. Dari 26 siswa hanya 10 siswa yang mencapai nilai diatas Kriteria Ketuntasan Minimal ( KKM ). Selain itu dari hasil analisa proses kegiatan belajar mengajar ditemukan masih banyak siswa yang tidak memperhatikan penjelasan guru dan bercerita sendiri dengan temannya. Motivasi siswa untuk belajar sangat minim. Hanya sebagian siswa yang mengerjakan pekerjaan rumah dan itu pun hanya siswa yang pandai.
Identifikasi Masalah
Berdasarkan penelitian selama proses pembelajaran maka didapat beberapa masalah yang terungkap yaitu :
a.    Siswa bermain sendiri ketika kegiatan belajar mengajar berlangsung.
b.    Pemahaman siswa tentang melakukan pembagian bilangan dua angka masih rendah.
c.    Guru memberikan bimbingan hanya kepada siswa tertentu saja.
d.    Hanya beberapa siswa yang berani bertanya.
e.    Hasil belajar siswa tentang melakukan pembagian bilangan dua angka rendah.

Analisis Masalah
Berdasarkan identifikasi tersebut di atas, maka analisis masalahnya adalah sebagai berikut :
a.    Penjelasan guru kurang menarik siswa.
b.    Guru belum menggunakan alat peraga dengan baik.
c.    Metode yang digunakan kurang variatif.
d.    Guru kurang menyeluruh dalam membimbing siswa.
e.    Guru kurang mengajukan pertanyaan untuk memotivasi siswa.

Alternatif dan Prioritas Pemacahan Masalah
Berdasarkan analisa tersebut di atas alternatif dan prioritas pemecahan masalahnya yaitu pembelajaran yang bisa dilaksanakan guru adalah dengan menggunakan metode demonstrasi dan menggunakan alat peraga berupa benda konkret untuk mengajak siswa belajar aktif. Untuk itu penulis mencoba menerapkan salah satu metode pembelajaran tersebut. Mengingat pentingnya proses pembelajaran Matematika adalah langkah utuk meningkatkan prestasi belajar siswa yang memiliki kelemahan-kelemahan serta kegiatan belajar mengajar harus diperbaiki dan mencari alternatif pemecahanya, oleh karena itu guru perlu melaksanakan Penilitian Tindakan Kelas (PTK).

Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang tersebut di atas tedapat permasalahan sebagai berikut “ Apakah dengan menggunakan alat peraga berupa benda konkret melalui metode demonstrasi dapat meningkatkan hasil belajar siswa untuk melakukan pembagian bilangan dua angka kelas II Sekolah Dasar Negeri 2 Lebak Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan semester 2 tahun pelajaran 2013/2014 “.

Tujuan Penelitian dan Perbaikan Pembelajaran
Tujuan Penelitian Tindakan Kelas ini adalah sebagai berikut :
1.    Untuk mendeskribsikan akibat dari penggunaan alat peraga berupa benda konkret terhadap peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran matematika di kelas II Sekolah Dasar Negeri 2 Lebak Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan semester 2 tahun pelajaran 2013/2014.
2.    Untuk mengaitkan upaya guru dalam meningkatkan hasil belajar matematika tentang alat peraga berupa benda konkret melalui metode demonstrasi pada mata pelajaran matematika di kelas II siswa Sekolah Dasar Negeri 2 Lebak Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan semester 2 tahun pelajaran 2013/2014.

Manfaat Penelitian
Berdasarkan latar belakang rumusan masalah dan tujuan pembelajaran terdapat manfaat dari penelitian ini, yaitu :
Bagi Siswa :
a.    Meningkatkan hasil belajar siswa.
b.    Meningkatkan proses pembelajaran siswa menjadi aktif
c.    Memperoleh pengalaman belajar siswa yang menarik dengan bantuan alat peraga berupa benda konkret melalui metode demonstrasi.
Bagi Guru :
a.    Membantu guru dalam melakukan perbaikan-perbaikan pembelajaran yang dikelolanya.
b.    Membantu guru dalam mengembangkan pembelajaran secara professional.
c.    Membuat guru lebih percaya diri.
d.    Memberikan kesempatan kepada guru untuk berperan aktif mengembangkan pengetahuan dan keterampilannya sendiri.
e.    Guru dapat mengembangkan alternatif untuk mengetahui kelemahannya.
f.     Memperoleh gambaran untuk meningkatkan hasil belajar matematika tentang pengguanaan alat peraga berupa benda konket di kelas II Sekolah Dasar Negeri 2 Lebak Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan semester 2 tahun pelajaran 2013/2014.
g.    Meningkatkan keterampilan dan kreatifitas guru.
Bagi sekolah :
a.    Visi dan misi sekolah dapat terwujud.
b.    Sekolah dapat meningkatkan strategi atau metode pembelajaran melalui model-model pembelajaran.
c.    Sekolah dapat menerima segala saran untuk mengambil keputusan.
d.    Meningkatkan kualitas sekolah.
Bagi Peneliti :
a.    Dapat mengembangkan kinerja sebagai guru secara professional.
b.    Mengembangkan kepercayaan diri.
c.    Menambah ilmu pengetahuan.
d.    Dapat meningkatkan keterampilan dan kreatifitas.



 
KAJIAN PUSTAKA
Hakekat Matematika
Matematika adalah ilmu deduktif, aksiomatik, formal, hierarkis, abstrak, bahasa simbol yang padat anti dan semacamnya sehingga para ahli Matematika dapat mengembangkan sebuah sistem Matematka. Matematika disebut ilmu deduktif karena baik isi maupun metode pencarian kebenaran dalam matematika berbeda dengan ilmu pengetahuan alam dan ilmu pengetahuan umumnya. Dari dunia Matematika yang merupakan sistem deduktif telah mampu mengembangkan model-model yang merupakan contoh dari sistem ini. Model-model Matematika ini kemudian dapat digunakan untuk mengatasi persoalan-persoalan dunia nyata. (Karso, 2009:1.41)
Matematika bagi siswa Sekolah Dasar berguna untuk kepentingan hidup pada lingkungannya, untuk mengembangkan pola pikirnya, dan untuk mempelajari ilmu-ilmu yang kemudian. Manfaat lain yang menonjol dari Matematika dapat membentuk pola pikir orang yang mempelajarinya menjadi pola pikir matematis yang sistematis, logis, kritis dengan penuh kecermatan. Namun sayangnya pengembangan sistem atau model Matematika itu tidak selalu sejalan dengan perkembangan berpikir anak terutama pada anak-anak usia Sekolah Dasar. Apa yang dianggap logis dan jelas oleh para ahli dan apa yang dapat diterima oleh orang yang berhasil mempelajarinya, merupakan hal yang tidak masuk akal dan membingungkan bagi anak-anak. Hal ini pulalah yang menyebabkan pembelajaran Matematika selalu menarik untuk diperbincangkan. (Karso, 2009:1.17)
Pada dasarnya tujuan belajar matematika yang sesuai dengan hakekat matematika merupakan sasaran utama. Sedangkan peranan teori-teori belajar merupakan strategi terhadap pemahaman matematika. Dengan demikian diharapkan bahwa matematika dapat dipahami secara wajar sesuai dengan kemampuan anak. Jadi, perlu disadari bahwa tujuan akhir dari belajar matematika adalah pemahaman terhadap konse-konsep matematika yang relatif abstrak. Sedangkan strategi teori-teori belajar tentang pengalaman lingkungan dan manipulasi benda konret hanyalah sekadar jembatan dalam memahami konsep-konsep matematika tersebut yang pada akhirnya tetap siswa harus belajar sesuai dengan hakekat matematika.
Dienes memandang matematika sebagai pelajaran structural, klasifikasi struktur, relasi-relasi dalam struktur, dan mengklasifikasikan relasi antara struktur. Konsep matematika akan dapat dipahami dengan baik apabila disajikan dalam bentuk konkret dan beragam. Itulah sebabnya pada pembelajaran matematika dibutuhkan strategi pembelajaran yang dapat menambah daya tarik siswa dengan menggunakan metode-metode pembelajaran yang sesuai.




Hasil Belajar
 Hasil belajar merupakan kulminasi dari suatu proses yang telah dilakukan dalam belajar. Kulminasi akan selalu diiringi dengan kegiatan tindak lanjut. Hasil belajar harus menunjukkan perubahan tingkah laku atau perolehan perilaku yang baru dari siswa yang bersifat menetap, fungsional, positif, dan disadari. Aspek perilaku keseluruhan dari tujuan pembelajaran menurut Benyamin Bloom (1956) yang dapat menunjukkan gambaran hasil belajar, mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik.
Proses hasil belajar didapat dari belajar itu sendiri. Belajar adalah suatu proses, artinya dalam belajar akan terjadi proses melihat, membuat, mengamati, menyelesaikan masalah atau persoalan, menyimak dan latihan. Itu sebabnya, dalam proses belajar, guru harus dapat membimbing da memfasilitasi ( mengajarkan, melatih, mendidik, mengarahkan, dan mengevaluasi ) siswanya agar siswa dapat melakukan proses-proses tersebut. Proses belajar harus diupayakan secara efektif agar terjadi adanya perubahan tinkah laku siswa yang disebabkan oleh proses-proses tersebut. (Sri Anitah W, 2009:2.7)
Keberhasilan dalam belajar dipengaruhi oleh dua faktor, antara lain yaitu:
1.    Faktor dari diri siswa sendiri ( intrinsik ) diantaranya adalah kecakapan, minat, bakat, usaha, motivasi, perhatian, kelemahan dan kesehatan serta kebiasaan siswa. Salah satu hal penting dalam kegiatan belajar yang harus ditanamkan dalam diri siswa bahwa belajar yang dilakukannya merupakan kebutuhan dirinya.
2.    Faktor dari luar siswa ( ekstrinsik ) diantaranya adalah lingkungan fisik dan non fisik ( termasuk suasana kelas dalam belajar, seperti riang gembira dan menyenangkan ), lingkungan social budaya, lingkungan keluarga, program sekolah ( termasuk dukungan komite sekolah, guru, pelaksanaan pembelajaran, dan teman skolah ). Guru merupakan faktor yang paling berpengaruh terhadap proses maupun hasil belajar, sebab guru merupakan manajer atau sutradara dalam kelas. ( Sri Anitah W, dkk, 2009:2.7 )
Untuk melihat hasil belajar yang berkaitan dengan kemampuan berpikir kritis dan ilmiah pada siswa Sekolah Dasar dapat dikaji proses maupun hasil berdasarkan:
1.    Kemampuan membaca, mengamati dan atau menyimak apa yang dijelaskan atau diinformasikan.
2.    Kemampuan mengidentifikasi atau membuat sejumlah pertanyaan berdasarkan substansi yang dibaca, diamati, dan didengar.
3.    Kemampuan mengorganisasi hasil-hasil identifikasi dan mengkaji dari sudut persamaan dan perbedaan.
4.    Kemampuan melakukan kajian secara menyeluruh.

Pembagian Sebagai Pengurangan Berulang
Pada tingkat sekolah dasar, penjumlahan dan pengurangan dikenalkan melalui benda-benda konkret dan gambarnya. Ini adalah suatu keyakinan dan kepercayaan dari sejak lama bahwa konsep matematika agar ditanamkan kepada anak-anak melalui contoh-contoh nyata. Menurut penelitian peragaan itu sangat membantu. Begitu pula pembagian bagi anak-anak di tingkat rendah supaya dijelaskan melalui benda-benda konkret dan dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari, dari keadaankehidupan nyata sehari-hari itu dibuat dulu ketahap model konret atau gambar dan kemudian dilanjutkan kepada tahap akhir yaitu tahap model simbol. Untuk jelasnya dapat dilihat dari contoh berikut ini :
10 : 2 =…..
Kuangkalah angka 10 dengan angka 2 secara berulang-ulang sampai habis atau hasinya 0.
10
            2  -      ke-1
            8
2 -       ke-2                pengurangan 10 oleh 2 itu terjadi sebanyak 5 kali
            6                                ini berarti bahwa 10 : 2 = 5
               2 -       ke-3
4
            2 -       ke-4
2
2 -       ke-5
0

Pembelajaran Di Kelas Rendah
Pembelajaran di kelas rendah dilaksanakan berdasarkan rencana pelajaran (silabus)[3] yang telah dikembangkan oleh guru. Pembelajaran konkret lebih sesuai diberikan pada siswa kelas rendah ( kelas 1,2,3 ) di Sekolah Dasar. Proses pembelajran ini harus dirancang oleh guru sehingga kemampuan siswa, bahan ajar, proses belajar, dan sistem penelitian sesuai taraf perkembangan siswa secara interaktif. Siswa kelas rendah di Sekolah Dasar masih banyak membutuhkan perhatian karena kurang terfokus dalam konsentrasi, serta kurang memperhatikan kecepatan dan aktivitas belajar sehingga hal ini memerlukan kegigihan guru untuk menciptakan proses belajar yang menarik dan efektif.
Pengembangan sikap ilmiah pada siswa kelas rendah Sekolah Dasar dapat dilakukan dengan cara menciptakan pembelajaran yang memungkan siswa berani mengemukakan pendapat, memiliki rasa ingin tahu, memiliki sikap jujur terhadap dirinya dan orang lain, dan mampu menjaga kebersihan diri dam lingkungan. Pengembangan kreativitas siswa dalam proses pembelajaran dapat diarahkan supaya siswa melakukan kegiatan kreativitas yang sesuai dengan tingkat perkembangannya, misalnya memecahkan permasalahan melalui permainan sehari-hari, seperti contoh kegiatan belajar yang dapat dilakukan siswa Sekolah Dasar kelas rendah yaitu:
1.    Menerapkan etika dan sopan santun di rumah, di sekolah, dan di lingkungan.
2.    Mencerikan foto masa kecilnya melalui bantuan foto atau cerita dari orang tuanya.
3.    Memperagakan rangkaian gerak ( ritmik ) dengan music.
4.    Menulis dengan jelas dan rapi kalimat yang didiktekan dengan menggunakan huruf lepas dan tegak bersambung.
5.    Membilang dan menyebutkan banyak benda, mengingat, menjumlah,
Dari contoh-contoh di atas tergambar bahwa pembelajaran di Sekolah Dasar tidak harus dengan ceramah saja tetapi dapat menggunakan beberapa metode mengajar yang memungkinkan siswa beraktifitas tinggi dalam belajar. Itu sebabnya guru harus kaya akan pengalaman kemampuan mengajar agar sasaran belajar di sekolah dapat dicapai semaksimal mungkin.

Metode Demonstrasi
Metode demonstrasi merupakan metode mengajar yang nenyajikan bahan pelajaran dengan mempertunjukkan secara langsung objek atau cara melakukan sesuatu sehingga dapat mempelajarinya secara proses. Demonstrari dapat digunakan pada semua mata pelajaran disesuaikan dengan topik dan tujuan  pembelajaran yang akan dicapainya. Salah satu yang perlu diperhatikan dalam pelaksanaan demonstrasi adalah posisi siswa seluruhnya harus dapat memperhatikan (mengamati) objek yang akan didemonstrasikan. Selama proses demonstrasi, guru sudah mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan dalam demonstrasi tersebut. (Sri Anitah W, 2009:5.25)
Metode mengajar demonstrasi hakekatnya untuk menyampaikan pembelajaran pada siswa dalam penguasaan proses objek tertentu. Metode mengajar demonstrasi juga identik dengan metode mengajar modeling. Model pembelajaran demonstrasi ini peneliti pilih sebagai upaya dalam upaya perbaikan pembelajaran karena peneliti memandang metode pembelajaran ini dapat meningkatkan pemahaman dan hasil belajar tentang pembagian bilangan dua angka. Prosedur metode demonstrasi yang harus dilakukan adalah sebagai berikut:
1.    Mempersiapkan alat peraga yang akan digunakan.
2.    Memberikan penjelasan tentang topic yang akan didemonstrasikan.
3.    Pelaksanaan demonstrasi bersama dengan perhatian dan peniruan dari siswa.
4.    Penguatan ( diskusi, tanggung jawab atau latihan )terhadap hasil demonstrasi.
5.    Kesimpulan. (Sri Anitah W, 2009:5.26)
Keunggulan Metode Demonstrasi
Adapun keunggulan yang dimiliki metode demonstrasi ini adlah sebagai berikiut :
a.    Siswa dapat meahami bahan pelajaran sesuai dengan objek yang digunakan.
b.    Dapat mengembangkan rasa ingin tahu siswa.
c.    Dapat melakukan pekerjaan berdasarkan proses.
d.    Dapat mengetahui hubungan yang structural atau urutan objek.
e.    Dapat melakukan perbandingan dari beberapa objek.
Kelemahan Metode Demonstrasi
Adapun kelemahan-kelemahan metode demonstrasi ini diantaranya adalah:
a.    Hanya dapat menimbulkan cara berpikir yang konkret saja.
b.    Jika jumlah siswa banyak dan posisi siswa tidak diatur maka demonstrasi tidak efektif.
c.    Bergantung pada alat bantu yang sebenarnya.
d.    Sering terjadi siswa kurang berani dalam mencoba atau melakukan praktik yang didemonstrasikan.

Alat Peraga
Alat peraga adalah merupakan segala sesuatu yang dapat digunakan untuk menyalurkan pesan dan dapat merangsang pikiran, perasaan, perhatian dan kemauan siswa sehingga dapat mendorong terjadinya proses belajar pada diri siswa. Dengan adanya alat peraga anak dapat termotivasi dalam kegiatan belajarnya dan dapat menambah daya tarik juga minat anak untuk belajar.

Penelitian Tindakan Kelas
Penelitian Tindakan Kelas ( PTK ) adalah penelitian yang dilakukan oleh guru didalam kelasnya sendiri melalui refleksi diri, dengan tujuan untuk memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa menjadi meningkat. Adanya masalah PTK dipicu oleh munculnya kesadaran pada diri guru bahwa praktik yang dilakukannya selama ini di kelas mempunyai masalah yang perlu diselesaikan. Dengan kata lain, guru merasa bahwa ada sesuatu yang perlu diperbaiki dalam praktik pembelajaran yang dilakukannya selama ini dan perbaikan tersebut diprakarsai dari dalam diri guru sendiri ( an inquiry of practice from within ) bukan oleh orang lain dari luar. ( Igak Wardani, 2011:1.4 )

Kerangka Berpikir
Berdasarkan uraian di atas maka dapat diambil pokok pikiran bahwa sebelum melakukan penelitian hasil belajar matematika tentang pembagian bilangan dua angka siswa kelas II Sekolah Dasar Negeri 2 Lebak semester 2 belum sesuai harapan. Tujuan akhir pembelajran matematika adalah untuk mengembangkan sikap dan keterampilan dalam pencapaian pengetahuan tersebut. Metode pembelajaran demonstrasi ini adalah metode yang digunakan untuk mengaktifkan siswa dalam belajar. Dalam penggunaan alat peraga berupa benda konkret melalui metode demonstrasi ini hasil belajar matematika tentang pembagian bilangan dua angka pada siswa kelas II Sekolah Dasar Negeri 2 Lebak semester 2 dapat  lebih ditingkatkan.




Bagan kerangka berpikir penelitian


 


 





Hipotesis Tindakan
Berdasarkan uraian di atas, maka dapat diambil kesimpulan sementara          ( hipotesis ) yaitu “ Bahwa dengan menggunakan alat peraga berupa benda konkret melalui metode demonstrasi dalam pembelajaran matematika tentang pembagian bilangan dua angka pada siswa kelas II Sekolah Dasar Negeri 2 Lebak semester 2 Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan tahun pelajaran 2013/2014, maka hasil belajar siswa dapat ditingkatkan “.

PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
Subjek, Tempat dan Waktu Penelitian serta Pihak yang Membantu Penelitian
Subjek Penelitian
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran ini dilaksanakan oleh siswa kelas II dengan jumlah murid 26 siswa yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.
Tempat Penelitian
Pelaksanaan perbaikan pembelajaran bertempat di kelas II Sekolah Dasar Negeri 2 Lebak Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2013/2014.
Waktu Penelitian
Waktu pelaksanaan  perbaikan pembelajaran dibuat dalam dua siklus dan setiap siklus melalui tahap perencanaan, pelaksanaan, pengamatan dan refleksi. Adapun pelaksanaan masing-masing siklus yaitu :
No.
Mata Pelajaran
Siklus
Waktu Pelaksanaan
1
Matematika
Pra Siklus
Selasa, 18 Maret 2014
2
Matematika
I
Rabu, 19 Maret 2014
3
Matematika
II
Sabtu, 22 Maret 2014

Objek Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah yang menjadi objek penelitian adalah mata pelajaran matematika Kompetensi Dasar melakukan pembagian bilangan dua angka.
1.    Karakteristik siswa
Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan, diperoleh data tentang karakteristik siswa, yaitu :
a.    Banyaknya jumlah siswa kelas II Sekolah Dasar Negeri 2 Lebak yaitu 26 siswa yang terdiri dari 13 siswa laki-laki dan 13 siswa perempuan.
b.   Rata-rata umur siswa diantara 8 tahun.
c.    Siswa memiliki tingkat pemahaman yang berbeda- beda.
d.   Kebanyakan siswa memiliki latar belakang dari keluarga petani.
e.    Banyaknya jumlah siswa menjadi susah dikendalikan.
f.    Banyaknya siswa yang bermain sendiri pada saat kegiatan belajar mengajar berlangsung.
g.    Siswa sering lupa mengerjakan pekerjaan rumah.
h.   Siswa enggan bertanya kepada guru tentang pelajaran yang belum dimengerti.
2.    Pihak yang Membantu
Pelaksanaan pembelajaran menggunakan Penelitian Tindakan Kelas yang dilaksanakan di Sekolah Dasar Negeri 2 Lebak Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan. Tahun Pelajaran 2013/2014. Oleh peneliti dibantu oleh Bapak Alek Suhartono, M.Pd selaku tutor pembimbing dan Bapak Karso, S.Pd.SD selaku supervisor pada praktek Pemantapan Kemampuan Profesional.

Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Dalam melaksanakan perbaikan pembelajaran matematika tentang penggunaan alat peraga berupa benda konkret melalui metode demonstrasi pada pembelajaran bilangan dua angka siswa kelas II Sekolah Dasar Negeri 2 Lebak Kecamatan Grobogan Kabupaten Grobogan Tahun Pelajaran 2013/2014. Peneliti mengembangkan Penelitian Tindakan Kelas melalui beberapa rencana, tindakan atau pelaksanaan, pengamatan dan refleksi.
Siklus I
Tahap Perencanaan
a.    Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah
Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan terhadap beberapa masalah yang terungkap yaitu :
1)   Kurangnya minat belajar siswa.
2)   Perhatian dalam kegiatan belajar mengajar siswa masih kurang.
3)   Siswa bermain sendiri saat pembelajaran berlangsung.
4)   Metode yang digunakan guru kurang bervariasi.
5)   Tingkat pemahaman siswa kurang.
6)   Guru memberikan bimbingan pada siswa tertentu saja.
7)   Siswa kurang berani bertanya tentang hal yang belum dimengerti.
b.    Menyusun rencana perbaikan pembelajaran.
c.     Menyusun instrument tes.
d.    Menyediakan alat peraga.
Tahap Pelaksanaan
a.    Kegiatan Awal ( 10 menit )
1)   Guru mengondisikan kelas
a)    Berdoa dan memberi salam
b)   Mengabsen siswa
2)   Apersepsi
a)    Guru mengajak siswa bernyanyi “ lima jari “
b)   Coba hitung jumlah jari tangan kalian?
c)    Kalau digandeng dua-dua, ada berapa gandeng?
d)   Guru menyampaikan pembelajaran
b.    Kegiatan Inti ( 35 menit )
1)   Guru meminta siswa menghitung manik-manik yang ada dalam gelas plastik.
2)   Siswa menjawab pertanyaan guru berdasarkan alat peraga.
3)   Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya.
4)   Dengan bantuan alat peraga yaitu manik-manik siswa diminta maju satu persatu untuk mempraktekkan pembagian.
5)   Guru melakukan klarifikasi.
c.     Kegiatan Akhir ( 25 menit )
1)   Siswa diminta untuk mengerjakan tes.
2)   Guru mengoreksi hasil tes.
3)   Guru menganalisa hasil tes.
4)   Guru menyimpulkan kegiatan belajar mengajar.
5)   Guru menutup pelajaran dengan mencongak.
Tahap Pengamatan
Pengamatan dilakukan supervisor dan guru pada proses pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui metode demonstrasi. Adapu hal-hal yang diamati adalah
a.    Perilaku Guru
1)   Mengondisikan kelas
2)   Memotivasi siswa
3)   Apersepsi
4)   Menyampaikan tujuan pembelajaran
5)   Menjelaskan materi dengan menggunakan metode demonstrasi
6)   Mengajukan pertanyaan
7)   Membimbing siswa dalam mengerjakan tes
8)   Mengadakan evaluasi
9)   Menganalisis hasil evaluasi
10)    Membuat kesimpulan
b.    Perilaku siswa
1)   Perhatian siswa terhadap penjelasan guru
2)   Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran
3)   Keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan
4)   Keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan
5)   Mengerjakan tes yang diberikan guru
Tahap Refleksi
Setelah melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran pada siklus I diperoleh refleksi sebagai berikut :
a.    Tingkat Keberhasilan
1)   Hasil belajar siswa menjadi lebih baik.
2)   Siswa menjadi aktif dalam proses pembelajaran.
3)   Prosentase ketuntasan meningkat.
4)   Partisipasi siswa meningkat.
5)   Kebiasaan siswa berbicara sendiri berkurang.
6)   Kebiasaan siswa bermain sendiri berkurang.
b.    Kekurangan
1)   Tingkat keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan masih kurang.
2)   Tingkat keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru masih membutuhkan bimbingan.
3)   Bimbingan yang diberikan hanya pada anak tertentu.
4)   Beberapa siswa masih pasif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
Siklus II
Tahap Perencanaan
a.    Identifikasi Masalah dan Perumusan Masalah
Berdasarkan penelitian yang peneliti lakukan dalam melakukan perbaikan pembelajaran pada siklus I, masih terdapat beberapa masalah. Untuk itu penulis melakukan kegiatan siklus II, antara lain :
1)   Tingkat keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan masih kurang.
2)   Tingkat keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan dari guru masih membutuhkan bimbingan.
3)   Bimbingan yang diberikan hanya pada anak tertentu.
4)   Beberapa siswa masih pasif dalam mengikuti kegiatan pembelajaran.
b.    Menyusun rencana perbaiakan pembelajaran.
c.    Menyusun instrument tes.
d.    Menyediakan alat peraga.
Tahap Pelaksanaan
a.    Kegiatan Awal ( 10 menit )
1)   Guru mengondisikan kelas
a)    Berdoa dan memberi salam
b)   Mengabsen siswa
c)    Memotivasi siswa
2)   Apersepsi
a)    Guru mengajak siswa bernyanyi “ lima jari “
b)   Coba hitung jumlah jari tangan kalian dan tambahkan dengan jumlah jari kalian?
c)    Jumlahnya ada berapa?
d)   Kalau digandeng dua-dua, ada berapa gandeng?
e)    Guru menyampaikan pembelajaran dengan metode demonstrasi.
b.    Kegiatan Inti ( 35 menit )
1)   Guru meminta siswa menghitung mata rantai yang ada dalam gelas plastik.
2)   Siswa menjawab pertanyaan guru berdasarkan alat peraga.
3)   Siswa diberikan kesempatan untuk bertanya.
4)   Dengan bantuan alat peraga yaitu manik-manik siswa diminta maju satu persatu untuk mempraktekkan pembagian.
5)   Guru melakukan klarifikasi.
c.    Kegiatan Akhir ( 25 menit )
1)   Siswa diminta untuk mengerjakan tes.
2)   Guru mengoreksi hasil tes.
3)   Guru menganalisa hasil tes.
4)   Guru menyimpulkan kegiatan belajar mengajar.
5)   Guru menutup pelajaran dengan mencongak.



Tahap Pengamatan
Pengamatan dilakukan guru pada proses pembelajaran dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui metode demonstrasi. Adapu hal-hal yang diamati pada pelaksanaan perbaiakan pembelajaran pada siklus II adalah :
a.    Perilaku Guru
1)   Menjelaskan materi dengan menggunakan metode demonstrasi
2)   Mengajukan pertanyaan
3)   Membimbing siswa dalam mengerjakan tes
4)   Mengadakan evaluasi
5)   Menganalisis hasil evaluasi
6)   Membuat kesimpulan
b.    Perilaku siswa
1)   Perhatian siswa terhadap penjelasan guru.
2)   Keaktifan siswa dalam proses pembelajaran.
3)   Keberanian siswa dalam menjawab pertanyaan.
4)   Keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan.
5)   Mengerjakan tes yang diberikan guru.
Tahap Refleksi
Setelah melaksanakan kegiatan perbaikan pembelajaran pada siklus I diperoleh refleksi  pada kegiatan perbaikan pembelajaran pada siklus II sebagai berikut :
a.    Tingkat Keberhasilan
1)   Hasil belajar siswa meningkat terlihat dari rata-rata nilai ulangan siswa.
2)   Siswa menjadi lebih aktif dalam proses pembelajaran dibandingkan pada siklus I.
3)   Prosentase ketuntasan meningkat.
4)   Pelaksanaan kegiatan pembelajaran sangat menyenangkan
5)   Keberanian siswa dalam mengemukakan pendapat sudah lebih baik.
6)   Bimbingan yang diberikan sudah merata.
b.    Kekurangan
1)   Terdapat 2 siswa yang belum berani mengemukakan jawaban yang diajukan.
2)   Terdapat 2 siswa yang masih pasif dalam menyelesaikan tugas yang diberikan guru.

Teknik Analisis Data
Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data kuantitatif dan data kualitatif yaitu sebagai berikut :



Data kuantitatif
Data kuantitatif berupa hasil belajar kognitif siswa, dengan menggunakan teknik analisis deskriptif kuantitatif. Peneliti mencari nilai rata-rata, prosentase keberhasilan belajar dan penyajian data disajikan dengan distribusi frekuensi. Sedangkan untuk mencari nilai rata-rata, peneliti menjumlahkan seluruh  nilai yang diperoleh siswa kemudian dibagi dengan jumlah siswa kelas II semester 2 di Sekolah Dasar Negeri 2 Lebak tersebut.

Data Kualitatif
Pada penelitian ini terdapat data kualitatif berupa hasil observasi aktivitas siswa dan keterampilan guru dalam pembelajaran Matematika serta hasil belajar siswa dengan menggunakan analisis deskriptif kualitatif. Perhitungan data kualitatif didapat dari pengolahan data yang bersumber dari instrumen pengamatan aktifitas siswa dan keterampilan guru dalam kegiatan pembelajaran. Data kualitatif  menunjukkan adanya peningkatan keaktifan siswa dalam pembelajaran, ketertarikan siswa dalam pembelajaran, keterampilan guru dalam menggunakan metode manggunakan alat peraga dan media nyata.


KAJIAN PUSTAKA
Agus Taufiq, Hera L. Mikasa, Puji L. Prianto. (2012). Pendidikan Anak di SD, Jakarta: Universitas Terbuka.
Gatot Muhsetyo, dkk. (2012). Pembelajaran Matematika SD. Jakarta: Universitas Terbuka.
Igak Wardani dan Kuwaya Wihardit. (2011). Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: Universitas Terbuka.
Karso, dkk. (2009). Pendidikan Matematika I. Jakarta: Universitas Terbuka.
M. Toha Anggoro, dkk. (2008). Metode Penelitian, Jakarta: Universitas Terbuka.
Muchtar Abdul Karim, dkk. (2010). Pendidikan Matematika II. Jakarta: Universitas Terbuka.
Tim-FKIP UT. (2013). Pemantapan Kemampuan Profesional (PKP)-PGSD, Jakarta: Universitas Terbuka.

                                                  



[1] Mahasiswa Program S1 PGSD, Fakultas Keguruan, Universitas Terbuka. Email: aprilliyaastuti@gmail.com
[2] Kriteria Ketuntasan Minimal Nilai siswa di SD Negeri 2 Lebak
[3] Perangkat Pembelajaran yang Disusun Sebelum Membuat Rencana Pelaksanaan Pembelajaran

Share This Article
Komentar Anda

2 komentar

This comment has been removed by the author.

Artikel yang sangat bagus sekali, untuk artike lainnya bisa didownload di www.pkp-lengkap.com atau kontak 0813-1801-4989