Macam-macam Karya Seni Pertunjukan Daerah Asli dari Indonesia


Macam-macam Karya Seni Pertunjukan Daerah Asli dari Indonesia



1. Ketoprak

Ketoprak adalah pertunjukan seni rakyat yang menggabungkan antara unsur drama, tari, suara, musik, dan sastra. Ketoprak merupakan seni pertunjukan rakyat yang berasal dari daerah Jawa Tengah dan Yogyakarta. Akan tetapi, waktu dan tempat lahir serta siapa penciptanya belum diketahui secara pasti. Seni pertunjukan ini kerap disamakan dengan ludruk. Namun, sebenarnya keduanya memiliki banyak perbedaan.

Mulanya, ketoprak berasal dari permainan yang dilakukan oleh gadis desa ketika bulan purnama. Permainan dengan irama dan ritme musik yang teratur itu disebut gejogan dan kotekan. Adapun nama ketoprak diambil dari bunyi alat musik pengiringnya, yang menggunakan lesung (alat penumbuk padi), seruling, terbang, dan kendang. Alat musik tersebut akan menghasilkan bunyi "dung... dung... prak... prak...", hingga akhirnya disebut ketoprak. Pada zaman dulu, masyarakat Jawa percaya bahwa dengan memainkan alat musik lesung akan menghadirkan Dewi Sri atau dewi kesuburan ke bumi. Awalnya, seni pertunjukan ketoprak tergolong sakral karena hanya dimainkan di dalam lingkungan keraton. Namun, sekitar tahun 1922, pertunjukan ketoprak mulai bisa dinikmati oleh kalangan umum. Meski bermula di Jawa Tengah, seni pertunjukan ketoprak kemudian berkembang di seluruh wilayah Jawa.

 

2. Kecak

Kecak adalah pertunjukan dramatari seni khas Bali yang lebih utama menceritakan mengenai Ramayana dan dimainkan terutama oleh laki-laki. Tarian ini dipertunjukkan oleh banyak (puluhan atau lebih) penari laki-laki yang duduk berbaris melingkar dan dengan irama tertentu menyerukan "cak" dan mengangkat kedua lengan, menggambarkan kisah Ramayana saat barisan kera membantu Rama melawan Rahwana. Namun, Kecak berasal dari ritual sanghyang, yaitu tradisi tarian yang penarinya akan berada pada kondisi tidak sadar, melakukan komunikasi dengan Tuhan atau roh para leluhur dan kemudian menyampaikan harapan-harapannya kepada masyarakat.

Para penari yang duduk melingkar tersebut mengenakan kain kotak-kotak seperti papan catur melingkari pinggang mereka. Selain para penari itu, ada pula para penari lain yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana seperti Rama, Shinta, Rahwana, Hanoman, dan Sugriwa.

Lagu tari Kecak diambil dari ritual tarian sanghyang. Selain itu, tidak digunakan alat musik. Hanya digunakan kincringan yang dikenakan pada kaki penari yang memerankan tokoh-tokoh Ramayana.

Sekitar tahun 1930-an Wayan Limbak bekerja sama dengan pelukis Jerman Walter Spies menciptakan tari Kecak berdasarkan tradisi Sanghyang dan bagian-bagian kisah Ramayana. Wayan Limbak memopulerkan tari ini saat berkeliling dunia bersama rombongan penari Bali-nya.

 

 

3. Ludruk

Ludruk adalah seni teater tradisional yang berasal dari Jawa Timur. Seperti ketoprak dan wayang orang, sebuah kelompok ludruk biasanya tinggal di sebuah tobong dan mengadakan pertunjukan keliling dari satu daerah ke daerah lain. Cerita Ludruk pada umumnya mengkisahkan para pejuang bangsa, misalnya cerita Ronggolawe, Sarip Tambak Oso, hingga Besut. Namun tak jarang Ludruk mengkisahkan peristiwa masyarakat sehari-hari dengan memuat amanat cerita tertentu.

Seni Ludruk berkembang dengan pesat di Jawa Timur. Beberapa kelompok seniman Ludruk yang pernah eksis adalah Ludruk Baru Budi, Ludruk Karya Baru, Luruk Mekar Jaya, dan lain-lain. Pertunjukan Ludruk biasanya diawali dengan tari Remo. Pada awal perkembangan seni Ludruk, para pemain Ludruk semuanya laki-laki. Sebagian seniman laki-laki memakai pakaian wanita untuk memerankan tokoh wanita. Namun dalam perkembangan Ludruk, pemain lakon wanita mulai diperankan seniman wanita asli untuk meminimalkan dampak transgender yang terjadi di kalangan seniman Ludruk.

 

4. Lenong

Lenong merupakan seni teater tradisional yang berasal dari Betawi, provinsi DKI Jakarta. Musik pengiringnya menggunakan gambang kromong, yaitu alat musik khas Betawi. Seni teater Lenong makin dikenal masyarakat luas karena Lenong mulai ditampilkan sebagai salah satu acara favorit di televisi pada era 90-an. Publikasi yang menarik ini memungkinkan seni teater Lenong dikenal bukan hanya oleh masyarakat Betawi, tetapi juga suku-suku lain di Indonesia.

Seni teater daerah bernama Lenong disukai oleh masyarakat dari berbagai kalangan usia dan strata ekonomi. Cerita Lenong umumnya fiktif dengan mengambil tema kehidupan sosial yang ada di masyarakat. Para pemain Lenong menggunakan bahasa Betawi dalam percakapan drama Lenong yang lucu, ceria dan mengundang gelak tawa. Meski lucu, pertunjukan seni teater Lenong menyampaikan pesan moral tertentu kepada penonton.

 

5. Seudati

Seudati adalah seni teater tradisional yang berasal dari Aceh yang berupa tarian berkelompok terdiri dari delapan orang. Seudati merupakan tari-tarian konfigurasi, seni bercerita, penyampaian sajak-sajak percintaan, dan cuplikan pendidikan keagamaan. Gerakan tari seudati yang kompleks namun kompak menghasilkan gerak tari yang unik dan memukau setiap penonton yang menyaksikan.

Seni teater daerah Aceh bernama seudati terdiri dari para penari dan pembaca narasi atau lirik cerita. Para penari umumnya berasal dari jenis kelamin yang sama, yaitu semuanya perempuan. Pembaca sajak-sajak percintaan adalah seorang lelaki yang berbicara dengan bahasa khas Aceh di sisi kanan penari dengan lokasi agak terpisah. Seudati menyampaikan cerita untuk direnungkan oleh para penonton sekaligus berfungsi sebagai media hiburan.

 

6. Haḍra

Haḍra adalah ritual kolektif yang berlebihan yang dilakukan oleh perintah Sufi. Hal ini sering diselenggarakan pada Kamis malam setelah sholat malam, pada hari Jumat setelah salat Jumat atau pada Minggu malam, dan juga dapat dirayakan pada festival Islam khusus dan ritus peralihan. Ini dapat diadakan di rumah, di masjid, di rumah sakit sufi atau di tempat lain. Istilah ini dalam Bahasa Arab secara harafiah berarti "kehadiran".

 

7. Kentrung

Kentrung adalah pertunjukan rakyat yang berasal dari daerah Jawa Tengah bagian selatan. Menurut MGMP Seni Budaya Kabupaten Jombang, seni kentrung yang berkembang di Kabupaten Jombang berasal dari Kabupaten Nganjuk. Kentrung biasanya dimainkan setelah masa panen usai sebagai media hiburan bagi para petani yang telah bekerja keras menuai hasil tanam selama berbulan-bulan. Namun dalam perkembangannya, seni kentrung bisa hadir kapan saja sesuai kebutuhan masyarakat, misalnya dalam hajatan pernikahan warga.

Pertunjukan kentrung dilakukan di alam terbuka dengan diiringi alat musik kendang, gong, dan rebana. Walaupun alat musik yang digunakan dalam pertunjukan kentrung termasuk sederhana, namun kesederhanaan kentrung mampu menjadi daya tarik bagi masyarakat untuk datang berbondong-bondong ke sumber suara kentrung. Masyarakat Jawa dari berbagai kelompok menyukai kentrung. Cerita kentrung berbahasa Jawa dan memuat nasehat-nasehat kehidupan.

 

8Tarling

Musik Tarling adalah salah satu bentuk kesenian yang berkembang di wilayah pesisir pantai utara (pantura) Jawa Barat, terutama wilayah Cirebon dan Indramayu. Nama tarling diidentikkan dengan nama instrumen itar (gitar) dan suling (seruling) serta istilah Sing Nelatar Kudu Eling (yang merantau harus eling/Ingat) Eling Kepada Tuhan Yang Maha Esa, Eling terhadap tanah kelahirannya.

Asal mula kesenian TARLING muncul di sekitar wilayah perbatasan Cirebon dengan Indramayu, pada sekitar tahun 1920, dimana saat itu secara administratif wilayah tersebut berada dibawah Karesidenan Cirebon. Diceritakan Oleh Mang Sugra (anak dari Mang Sakim) kepada Sunarto Martaatmaja alias Kang Ato Ayame ilang (maestro TARLING). Seorang Residen Belanda (tidak diketahui namanya) meminta tolong kepada warga setempat yang bernama Mang Sakim, untuk memperbaiki gitar miliknya. Mang Sakim waktu itu dikenal sebagai ahli gamelan. Usai diperbaiki, sang Residen Belanda itu ternyata tak jua mengambil kembali gitarnya. Kesempatan itu akhirnya dipergunakan Mang Sakim untuk mempelajari nada-nada gitar, dan membandingkannya dengan nada-nada pentatonis gamelan.

 

9. Lompat Batu

Kalau selama ini Anda mengenal Lompat Batu sebagai seni olahraga, maka anggapan itu perlu diperbaiki. Lompat Batu merupakan kesenian rakyat yang berasal dari daerah Nias, Provinsi Sumatera Utara. Lompat Batu adalah salah satu seni teater daerah Nusantara yang memadukan kemahiran bermain drama sekaligus ketangkasan melompati tumpukan batu. Sehingga tidak mengherankan jika masyarakat umum mengenal Lompat Batu sebagai seni olahraga melompati batu.

Pertunjukan Lompat Batu pada umumnya diawali dengan seni drama masyarakat Nias. Cerita-cerita yang dibawakan pada umumnya diangkat dari kejadian nyata di masyarakat. Sebagai puncak dari pertunjukan drama, seorang seniman akan melompati batu sebagai simbol kemampuan mereka untuk tetap tegar dalam menghadapi berbagai masalah dalam hidup. Seni Lompat Batu adalah salah satu daya tarik wisata Pulau Nias yang terkenal sampai ke mancanegara. Banyak wisatawan domestik dan turis asing berkunjung ke Nias demi menyaksikan seni teater daerah Lompat Batu.

 

10. Sintren

Selanjutnya, Indonesia memiliki seni teater daerah yang berbalut dengan arom mistis sekaligus misterius. Sintren merupakan pertunjukan rakyat yang berasal dari pesisir utara Jawa Barat, terutama daerah Indramayu dan Cirebon yang kemudian menjadi kesenian pesisir utara Jawa. Pertunjukan ini menggambarkan seorang wanita yang sedang tidak sadar diri. Wanita yang berperan dalam pertunjukan sintren pada umumnya disebut sinden sintren. Unsur magis yang ditampilkan sintren merupakan keunikan seni teater daerah pantura ini.

Dalam adegan pertunjukan seni teater sintren terdapat seorang gadis yang menari dengan gemulai hingga dia kesurupan. Tak lama kemudian, sinden sintren tersebut dimasukan ke dalam sebuah kurungan ayam yang tertutup dalam keadaan tangan dan kaki terikat. Setelah dibacakan mantra oleh seorang pawang sintren, kemudian kurungan dibuka kembali dan sang gadis telah melepaskan diri dari ikatan. Penonton pun dibuat keheranan oleh kemampuan sinden sintren yang berhasil melepaskan diri dari jerat tali walaupun dikurung di dalam kurungan.

 

 


Share This Article
Komentar Anda