ZAT
YANG TERKANDUNG DALAM ROKOK
1.
Rokok dan Reaksi Kimia (Pembakaran)
Proses pembakaran rokok tidaklah berbeda dengan proses
pembakaran bahan-bahan padat lainnya. Rokok yang terbuat dari daun tembakau
kering, kertas dan zat perasa, dapat dibentuk dari unsur Carbon (C), Hidrogen
(H), Oksigen (O), Nitrogen (N) dan Sulfur (S) serta unsur-unsur lain yang
berjumlah kecil. Rokok secara keseluruhan dapat diformulasikan secara kimia
yaitu sebagai (CvHwOtNySzSi).
Dua reaksi yang mungkin terjadi dalam proses merokok :
Pertama adalah reaksi rokok dengan
oksigen membentuk senyawa-senyawa seperti CO2, H2O, NOx, SOx, dan CO. Reaksi ini disebut reaksi pembakaran yang terjadi pada
temperatur tinggi yaitu diatas 800oC. Reaksi ini terjadi pada bagian ujung atau
permukaan rokok yang kontak dengan udara.
CvHwOtNySzSi
+ O2 -> CO2+ NOx+ H2O + SOx + SiO2 (abu) ((pada suhu 800oC))
2. Reaksi pembakaran rokok
Reaksi yang kedua adalah reaksi pemecahan struktur
kimia rokok menjadi senyawa kimia lainnya. Reaksi ini terjadi akibat pemanasan
dan ketiadaan oksigen. Reaksi ini lebih dikenal dengan pirolisa. Pirolisa
berlangsung pada temperatur yang lebih rendah dari 800oC. Sehingga rentang
terjadinya pirolisa pada bagian dalam rokok berada pada area temperatur
400-800oC. Ciri khas reaksi ini adalah menghasilkan ribuan senyawa kimia yang
strukturnya komplek.
CvHwOtNySzSi
-> 3000-an senyawa kimia lainnya + panas produk ((pada suhu 400-800oC))
reaksi pirolisa
reaksi pirolisa
Walaupun reaksi pirolisa tidak dominan dalam proses
merokok, tetapi banyak senyawa yang dihasilkan tergolong pada senyawa kimia
yang beracun yang mempunyai kemampuan berdifusi dalam darah. Proses difusi akan
berlangsung terus selagi terdapat perbedaan konsentrasi. Tidak perlu disangkal
lagi bahwa titik bahaya merokok ada pada pirolisa rokok. Sebenarnya produk
pirolisa ini bisa terbakar bila produk melewati temperatur yang tinggi dan
cukup akan Oksigen. Hal ini tidak terjadi dalam proses merokok karena proses
hirup dan gas produk pada area temperatur 400-800oC langsung mengalir kearah
mulut yang bertemperatur sekitar 37oC.
3. Rokok dan proses
penguapan uap air dan nikotin
Selain reaksi kimia, juga terjadi proses penguapan uap
air dan nikotin yang berlangsung pada temperatur antara 100-400oC. Nikotin yang
menguap pada daerah temperatur di atas tidak dapat kesempatan untuk melalui
temperatur tinggi dan tidak melalui proses pembakaran. Terkondensasinya uap
nikotin dalam gas tergantung pada temperatur, konsentrasi uap nikotin dalam gas
dan geometri saluran yang dilewati gas.
Pada temperatur dibawah 100oC nikotin sudah
mengkondensasi, jadi sebenarnya sebelum gas memasuki mulut, kondensasi nikotin
telah terjadi. Berdasarkan keseimbangan, tidak semua nikotin dalam gas
terkondensasi sebelum memasuki mulut sehingga nantinya gas yang masuk dalam
paru-paru masih mengandung nikotin. Sesampai di paru-paru, nikotin akan
mengalami keseimbangan baru, dan akan terjadi kondensasi lagi.
Jadi, ditinjau secara proses pembakaran, proses
merokok tidak ada bedanya dengan proses pembakaran kayu di dapur, proses
pembakaran minyak tanah di kompor, proses pembakakaran batubara di industri
semen, proses pembakaran gas alam di industri pemanas baja dan segala proses
pembakaran yang melibatkan bahan bakar dan oksigen. Sangat ironis memang bahwa
manusia sangat memperhatikan keseimbangan alam akibat proses pembakaran bahan
bakar oleh industri yang mengeluarkan polusi, tetapi dilain pihak orang-orang
dengan sengaja mengalirkan gas produksi pembakaran rokok ke paru- paru mereka.
4. Tar dan Asap Rokok
Zat berbahaya ini berupa kotoran pekat yang dapat
menyumbat dan mengiritasi paru – paru dan sistem pernafasan, sehingga
menyebabkan penyakit bronchitis kronis, emphysema dan dalam beberapa kasus
menyebabkan kanker paru – paru ( penyakit maut yang hampir tak dikenal oleh
mereka yang bukan perokok ).Racun kimia dalam TAR juga dapat meresap ke dalam
aliran darah dan kemudian dikeluarkan di urine.TAR yang tersisa di kantung kemih
juga dapat menyebabkan penyakit kanker kantung kemih. Selain itu Tar dapat
meresap dalam aliran darah dan mengurangi kemampuan sel – sel darah merah untuk
membawa Oksigen ke seluruh tubuh, sehingga sangat besar pengaruhnya terhadap
sistem peredaran darah.
Tar dan asap rokok merangsang jalan napas, dan tar
tersebut tertimbun disaluran itu yang menyebabkan :
-
Batuk-batuk
atau sesak napas
-
Tar
yang menempel di jalan napas dapat menyebabkan kanker jalan napas,
lidah atau bibir.
lidah atau bibir.
5.
Gas CO (Karbon Mono Oksida)
Gas CO juga
berpengaruh negatif terhadap jalan napas dari pembuluh darah. Karbon mono
oksida lebih mudah terikat pada hemoglobin daripada oksigen. Oleh sebab itu,
darah orang yang kemasukan CO banyak, akan berkurang daya angkutnya bagi
oksigen dan orang dapat meninggal dunia karena keracunan karbon mono oksida.
Pada seorang perokok tidak akan sampai terjadi keracunan CO, namun pengaruh CO
yang dihirup oleh perokok dengan sedikit demi sedikit, dengan lambat namun
pasti akan berpengaruh negatif pada jalan napas dan pada pembuluh darah.
6. Nikotin dan kerja nikotin
Adalah suatu zat
yang dapat membuat kecanduan dan mempengaruhi sistem syaraf, mempercepat detak
jantung ( melebihi detak normal ) , sehingga menambah resiko terkena penyakit
jantung.Selain itu zat ini paling sering dibicarakan dan diteliti orang, karena
dapat meracuni saraf tubuh, meningkatkan tekanan darah, menimbulkan penyempitan
pembuluh darah tepi dan menyebabkan ketagihan dan ketergantungan pada
pemakainya. Kadar nikotin 4-6 mg yang dihisap oleh orang dewasa setiap hari
sudah bisa membuat seseorang ketagihan. Selain itu Nikotin berperan dalam
memulai terjadinya penyakit jaringan pendukung gigi karena nikotin dapat
diserap oleh jaringan lunak rongga mulut termasuk gusi melalui aliran darah dan
perlekatan gusi pada permukaan gigi dan akar. Nikotin dapat ditemukan pada
permukaan akar gigi dan hasil metabolitnya yakni kontinin dapat ditemukan pada
cairan gusi.
Nikotin
merangsang bangkitnya adrenalin hormon dari anak ginjal yang menyebabkan :
-
Jantung
berdebar-debar
-
Meningkatkan
tekanan darah serta kadar kolesterol dalam darah, berhubungan erat terjadinya
serangan jantung
Saat merokok, nikotin mulai diserap aliran darah dan
diteruskan ke otak. Nikotin terikat di reseptor nikotinat antikolinergik 42 di
ventral tegmental area (VTA). Nikotin yang terikat di reseptor 42 akan
melepaskan dopamin di nucleus accumbens (nAcc). Dopamin itulah yang diyakini
menimbulkan perasaan tengan dan nyaman. Tak heran bila perokok akan kembali
merokok untuk memperoleh efek nyaman itu.
Bila perokok mulai mengurangi atau berhenti merokok maka asupan nikotin berkurang dan pelepasan dopamin juga berkurang, akibatnya timbul gejala putus obat berupa iritabilitas dan stress.
Bila perokok mulai mengurangi atau berhenti merokok maka asupan nikotin berkurang dan pelepasan dopamin juga berkurang, akibatnya timbul gejala putus obat berupa iritabilitas dan stress.
Hal itu menyebabkan jalan untuk berhenti merokok menjadi
sulit karena rasa ketagihan terhadap nikotin. Peran verenicline berfungsi
sebagai pemutus rantai adiksi. Biasanya nikotin berikatan dengan reseptor 42,
namun nanti yang akan berkaitan dengan reseptor 42 adalah verenicline yang
bekerja dengan dua cara. Pertama, verenicline menstimulasi reseptor untuk
melepaskan dopami secara pasrial, tujuanya untuk mengurangi gejala putus obat
berupa pusing, sulit berkosentrasi atau badmood yang ditimbulkan dari proses
berhenti merokok.
Kedua, verenicline menghalangi nikotin yang menempel
di reseptor. Jadi bila merokok kembali, nikotin tidak dapat menempel di
reseptor, sehingga mengurangi rasa nikmat dari rokok tersebut. = Verenicline
dapat diberikan pada perokok dewasa atau minimal usia 18 tahun yang ingin
berhenti merokok. Verenicline dapat diberikan pada perokok berat maupun ringan.
Dosis awal yang diberikan ringan yang ditingkatkan secara perlahan-lahan. Untuk
mencapai kesembuhan berhenti merokok, dibutuhkan waktu selama tiga bulan, baik bagi
perokok berat atau ringan.
Efek samping verenicline adalah mual, nyeri kepala,
insomnia dan mimpi abnormal. Meski demikian, manfaat yang ditimbulkan dari
berhenti merokok jauh lebih besar karena dalam sebatang rokok terkandung lebih
dari 4 ribu bahan kimia dan 250 zat karsinogenik.